SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY yang didukung oleh Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul melakukan sosialisasi program budidaya padi menggunakan teknologi Jajar Legowo (Jarwo) Super

Harianjogja.com, BANTUL– Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY yang didukung oleh Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul melakukan sosialisasi program budidaya padi menggunakan teknologi Jajar Legowo (Jarwo) Super guna mengatasi permasalahan Wereng Batang Coklat (WBC) di desa Bulak  Gedangan, Panjangrejo, Pundong, Rabu (4/10/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

WBC merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tapi keberadaannya sulit dideteksi, tetapi selalu mengancam kestabilan produksi padi nasional. WBC yang dulu tergolong hama sekunder kini telah tergolong menjadi hama utama yang mampu merusak tanaman padi pada skala yang luas dalam waktu singkat.

Ekspedisi Mudik 2024

Serangan WBC di lapangan berfluktuatif, mulai ringan sampai mencapai puncak perkembangannya saat terjadi ledakan yang menimbulkan puso/ mati terbakar.

WBC merupakan hama yang langsung menyerang pada tanaman padi dengan mengisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering. Serangan tidak langsung yaitu wereng dapat mentransfer tiga virus yang berbahaya bagi tanaman padi, yaitu kerdil hampa, kerdil rumput tipe 1, dan kerdil rumput tipe 2.

Joko Pramono selaku kepala BPTP DIY mengungkapkan bahwa di tempat tersebut merupakan yang pertama kali untuk pengembangan Jajar Legowo Super. Varietas ini baru diperkenalkan musim tahun kemarin, juga di Bantul.

Ini merupakan penyempuranaan sistem Jajar Legowo, di DIY sudah cukup familiar walaupun belum semua. Jarwo super ini lebih menekankan upaya meemanfaatkan sumber daya lokal. Contohnya sisa-sisa jerami biasanya dibakar namun kita semprot dengan biodekomposer

Menurut Pramono beda Jarwa super dangan Jarwo biasa yaitu Jarwo super lebih ramah lingkungan dan jika berhasil bisa mencapai peningkatan 1-1,5 ton/hektare. Pada akhir Oktober juga akan diperkenalkan sistem tanam tersebut.

Menurut Ketua kelompok tani di desa Bulak Gendangan Siswo Sudarmo mengungkapkan bahwa dirinya dan rekan-rakan lainnya memerlukan bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan.

Dari pihak pemerintah kabupaten Bantul Suharsono siap membantu yang diinginkan oleh rakyat. “Semua kalau ada apa-apa ya di komunikasikan ke saya dengan baik, pasti saya upayakan. Saya tidak malu untuk ngemis ke yang lebih atas buat bantu yang ada di Bantul, yang penting tidak ada yang dikorupsi,” ungkap Suharsono.

Menurut Pulung Haryadi kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul, hasil pertanian di wilahyanya pun tergolong cukup baik karena sempat terkena serangan hama yang parah namun tetap bisa bertahan dalam jumlah yang cukup besar atau tidak mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya