SOLOPOS.COM - Petugas berjalan di kompleks Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar, Jumat (11/2/2022). Sejak hari itu pihak rumah sakit malarang pengunjung membesuk pasien rawat inap untuk mencegah penularan Covid-19. (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar berencana menambah kapasitas ruang NICU, ICU dan ICCU. Penambahan kapasitas tersebut sebagai upaya menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih tinggi.

Direktur Utama (Dirut) RSUD Karanganyar, Iwan Setiawan Adji, mengatakan dari data Dinas Kesehatan (Dinkes),  AKI di Bumi Intanpari sepanjang 2021 tercatat ada 19 kasus. Sementara jumlah bayi meninggal ada 100-an kasus dalam periode yang sama.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Kematian ibu cukup tinggi di tahun lalu karena pandemi Covid-19. Ibu hamil ini meninggal terpapar Covid-19,” katanya, Selasa (26/7/2022).

Namun memasuki 2022, ia mengatakan kasus kematian ibu dan bayi atau anak di bawah lima tahun (balita) menunjukkan tren menurun. Hal ini seiring menurunnya kasus Covid-19. Dari semula 19 ibu meninggal di 2021, semester pertama tahun ini hanya tercatat empat kasus kematian ibu. Begitu juga kematian bayi ada 33 kasus.

Penurunan jumlah kasus AKI dan AKB, menurutnya, disebabkan juga oleh penanganan terhadap pasien ibu dan bayi di RSUD Karanganyar yang diklaim membaik. “Hasil analisanya, angka kematian ibu dan bayi (AKI AKB) pada Januari-Juli 2022 menurun,” katanya.

Baca Juga: Kasus Stunting dan Angka Kematian Ibu di Karanganyar Tinggi

Iwan mengatakan RSUD Karanganyar terus berupaya menekan AKI dan AKBI dengan menambah sarana prasarana untuk penanganan ibu dan bayi. Seperti pengadaan alat bantu napas untuk bayi yang dipasang mulai awal tahun ini berkontribusi mencegah fatalitas pasien.

Alat bantu pernapasan itu selain dipasang di ruang NICU untuk bayi, juga ada di ruang ICU dan ICCU untuk pasien dewasa. Selain itu RSUD juga akan menambah kapasitas NICU, ICU dan ICCU.

“Untuk lebih mengefektifkan upaya menekan AKI dan AKB kita tambah kapasitas NICU, ICU dan ICCU. Jumlahnya berapa, masih dikoordinasikan,” katanya.

Kematian Dipicu Kongenital

Dokter spesialis anak yang tergabung di tim audit maternal perinatal (AMP) RSUD Karanganyar, Dr Elief Rohana SpA, mengatakan tinggiya kasus kematian bayi bukan disebabkan lambannya penanganan. Namun, lebih banyak dipicu kongenital atau kelainan bawaan seperti jantung bocor, hidrosefalus, dan kelainan lainnya.

Baca Juga: Tren Angka Kematian Ibu Hamil di Karanganyar Meningkat 3 Tahun Terakhir

Untuk mencegahnya, menurut Elif, harus menjalani pemeriksaan rutin sejak kehamilan. “Tak boleh abai pemeriksaan rutin saat masa kehamilan. Deteksi dini lebih baik daripada telanjur,” katanya.

Ia mengatakan kasus kematian bayi paling terjadi banyak karena kesulitan bernapas. Bisanya pasien berusia 0-1 tahun. Penyebab lainnya karena kasus gizi buruk atau berat bayi lahir rendah (BBLR) akibat kongenital. Saat ini tersedia 10 bed terinstal alat bantu pernapasan bagi bayi di ruang NICU. Rencananya, pemasangan alat bantu lain seperti pacu jantung juga terinstal maksimal akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya