SOLOPOS.COM - Pelepasan burung merpati sebagai simbol serah terima Kampung Semanggi Harmoni Shopee, Selasa (7/2/2023). (Istimewa/Shopee Indonesia).

Solopos.com, SOLO — Shopee Indonesia bersama Pemerintah Kota Solo dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meresmikan Kampung Semanggi Harmoni Shopee di Jl. Kyai Mojo 8, Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Selasa (7/2/2023).

Acara tersebut dihadiri Direktur Eksekutif Shopee Indonesia Handhika Jahja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Handhika mengatakan pengerjaan Kampung Semanggi Harmoni Shopee sejalan dengan program #ShopeeAdaUntukIndonesia. Lewat program ini akan dibangun 136 rumah tipe Rumah Sangat Sederhana Satu (RSS1) untuk 136 keluarga.

Handhika mengatakan penataan kawasan kumuh perlu kerja sama dengan pemerintah kota setempat dan Kementerian PUPR terkait perizinan dan pengambilan keputusan.

Shopee hadir sebagai pihak perusahaan yang melakukan corporate social responsibility (CSR) dengan memberi basic needs karena menurut Handhika pemenuhan kebutuhan dasar harus dilakukan sembari pelatihan skill teknologi diberikan kepada masyarakat dan anak muda.

“CSR Shopee di Solo baru Kampung Semanggi Harmoni, tapi program lainnya kami baru saja meresmikan Solo Technopark (STP) untuk pengembangan teknologi dan pusat pelatihan masyarakat Solo,” papar Handhika Selasa (7/2/2023) kepada Solopos.com.

Selain pembangunan kawasan layak huni di Semanggi, program CSR Shopee lainnya adalah proyek air bersih di Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Rumah Melati (Menjadi Layak Tinggal) di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Handhika mengatakan siap mengembangkan program CSR lain termasuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Solo, hanya tinggal menunggu arahan dari Kementerian PUPR dan Pemkot Solo.

Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Kampung Semanggi Harmoni Wito Rahardjo mengatakan Semanggi sudah lama menjadi wilayah kumuh dan miskin yang sering kebanjiran.

Saat dibicarakan dengan tim penanggulangan kemiskinan di kelurahan hanya ada dua cara, antara lain relokasi atau cara kedua penataan pemukiman.

“Setelah itu diadakan musyawarah lingkungan dengan masyarakat, dan dipilihlah penataan pemukiman. Suara masyarakat kemudian dibawa ke musyawarah kelurahan lalu diteruskan ke kecamatan dan pemerintah kota, akhirnya penataan pemukiman diizinkan,” papar Wito kepada Solopos.com, Selasa (7/2/2023).

Wito mengatakan tahap berikutnya adalah pendataan warga dan menghitung berapa bangunan di wilayah terdampak dan berapa keluarga yang tinggal di dalamnya.

Berikutnya adalah tahap edukasi, sosialisasi, kepada masing-masing rukun warga (RW) sampai semua masyarakat paham.

“Warga kami ajak merencanakan pembangunan ini, diberi pemahaman kira-kira nanti rumahnya akan seperti apa, bangunannya bagaimana, dan hal-hal sejenisnya. Setelah sepakat kemudian dimulailah proses pembangunan rumah Kampung Semanggi ini,” ujar Wito.

Wito menambahkan tahapan paling sulit adalah saat memberi pemahaman kepada masyarakat, karena banyak warga dengan rumah yang melewati saluran atau jalan umum merasa dirugikan dengan penataan pembangunan.

Akhirnya perlu sosialisasi lebih agar warga paham dengan pembangunan jalan dan infrastruktur yang memadai.

Saat pembangunan diakui Wito warga yang terdampak diberi bantuan uang masing-masing Rp5 juta untuk mengontrak rumah sementara waktu.

“PR kami masih banyak, karena kita tahu kantong-kantong kemiskinan di Semanggi ini masih belum habis terutama warga yang tinggal di tanah-tanah ilegal. Selanjutnya kami akan menggarap hunian di tanah PT KAI, lalu tanah ilegal di tanggul-tanggul sepanjang sungai Bengawan Solo, bertahap ya,” tambah Wito.

Wito menjelaskan tanah Kampung Semanggi sebenarnya milik Balai Besar Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang sudah dibebaskan. Kini warga setempat akan diberi pelatihan untuk mendapatkan sertifikat tanah yang mereka miliki.

Dwi Palupi merupakan salah satu warga yang menempati rumah di Kampung Harmoni Semanggi bersama suami, anak, dan ibunya, Sarjiyem.

Dia dan ibunya mengaku sangat bahagia akhirnya memiliki rumah permanen untuk ditinggali bersama anak cucu mereka.

“Kira-kira setahun yang lalu kami diminta mencari kontrakan, dapat uang dari pemerintah kota Rp5 juta untuk membayarnya, sekarang malah sudah dibangun sebagus ini, sungguh kami bersyukur akhirnya memiliki rumah permanen,” ujar Dwi dengan haru.

Ibunya tampak berkaca-kaca dan dengan senang menceritakan kondisi rumah baru mereka. “Rumah ini sangat layak walaupun sederhana, tapi sudah bisa kami berlima tinggali,” kata dia.

Keduanya berterima kasih kepada Pemerintah Kota Solo dan Shopee serta Kementerian PUPR karena berhasil membangun hunian layak di Kampung Semanggi.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya