Solopos.com, MAGELANG — Sebagai kawasan yang dekat dengan area pegunungan, membuat Kabupaten Magelang dikenal sebagai salah satu kawasan dengan sektor pertanian yang besar. Dari budaya agraris itu tentunya muncul sebuah seni yang berkaitan dengan pertanian.
Tari Topeng Ireng Dayakan, merupakan kesenian yang mencerminkan budaya pertanian di Kabupaten Magelang. Gerakan ikoniknya berupa hentakan kaki yang mengeluarkan bunyi gemerincing yang berkepanjangan. Bunyi itu berasal dari butir lonceng di atas mata kaki hingga lutut para penari.
Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku
Kibasan tangan para penari ini menggambarkan semangat para petani menaklukkan ladang alam di lereng pegunungan wilayah Kabupaten Magelang. Tidak hanya sekedar menari, Tari Topeng Ireng Dayakan ini juga simbol dari kemajuan generasi desa dalam bercocok tanam.
Baca Juga : Sedapnya Lontong Dekem Pemalang, 1 Piring Pasti Kurang
Melansir dari situs Beritamagelang.id, Kamis (13/5/2021), Tari Topeng Ireng Dayakan ini merupakan kreasi baru yang berasal dari metamorfosis kesenian Kubro Siswo yang berkembang di Kabupaten Magelang.
Giring, seorang penggerak seni dan pendiri sangar Topeng Ireng Bergodo Suto Genito (BSG) dari Dusun Genito, Kecamatan Windusari, mengatakan bahwa sejak tahun 2006, kegiatan tari ini sudah digalakan sebagai bentuk apreasiasi kesenian lokal kepada generasi muda.
Wilayah Genito, Wndusari ini sendiri merupakan pemukiman di lereng Gunung Sumbing yang masyarakatnya adalah seorang petani ladang dan pedagang sayur hasil panen dari pertanian.
Baca Juga :Borobudur Duathlon Ditarget Bangkitkan Pariwisata Jateng-DIY
Sejumlah sumber menuliskan bahwa nama Topeng Ireng berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menatam lempeng artinya lurus, irama berarti nada dan keceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Tari Topeng Ireng, para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik yang berirama keras dan penuh semangat.
Selain gerakannya, daya tarik yang dimiliki oleh kesenian tari ini terletak pada kostum para penarinya yang hampir mirip dengan suku Indian di Amerika atau suku Dayak di Kalimantan. Hiasan bulu warna warni serupa mahkota kepala suku Indian menghiasi kepala setiap penari.
Senada dengan mahkota bulunya, riasan wajah dan pakaian para penari juga seperti suku Indian, berumbai-rumbai dan penuh dengan warna-warna ceria. Untuk alas kaki biasanya mengenakan sepatu gladiator atau sepatu boot dengan gelang kelintingan yang jumlahnya hampir 200 buah di masing-masing penari sehingga menimbulkan riuh gemerincing di setiap gerakannya.
Baca Juga : Waduh! Wali Kota Solo Gibran Terlibat Debat Dengan Dosen di Pos Penyekatan Jurug
Musik pengiringnya biasanya berupa lagu berbahasa Jawa yang berlirik sholawatan hingga dangdut. Alat musik yang dipakai biasanya berupa gamelan, kendang, bende, seruling dan rebana. Alunan ritmis yang tercipta akan menyatu dengan gerak dan teriakan para penari sehingga terlihat atraktif.
Melansir Okezone.com, tarian ini pernah dipentaskan di Swedia pada tahun 2018 dalam sebuah acara bertema Kampung Indonesia. Acara ini diadakan oleh Kedubes Indonesia di Swedia
Selain Tari Topeng Ireng dayakan, beberapa tari lain juga dipentaskan, seperti kusuma bangsa, kolo krido, bedaya temanten, jaran kepang, dan gotong royong.