SOLOPOS.COM - Kondisi tanggul Sungai Sawur jebol sepanjang tujuh meter dan saluran irigasi yang ambrol cukup parah di wilayah Dukuh Winong RT 022, Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, Sragen, Minggu (21/8/2022). (Espos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen memobilisasi alat berat untuk menangani saluran irigasi sepanjang 40 meter yang ambrol di dekat Bendung Winong di Dukuh Winong, Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

DPU Sragen juga berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) untuk penanganan tanggul jebol tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala DPU Sragen, Raden Suparwoto, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (21/8/2022), menerangkan terkait tanggul Sungai Sawur jebol dan saluran irigasi dari Bendung Winong ambrol. Dia menyebut Pemkab sudah merespons peristiwa itu.

Pemkab akan membuat talang air irigasi darurat menggunakan drum. Dia menerangkan alat berat, drum, dan material lain sudah dibawa ke lokasi.

“Anggaran pembuatan talang air menggunakan dana rutin pemeliharaan jaringan irigasi. Untuk tanggul dikoordinasikan dengan BBWSBS. Penanganan pakai talang drum itu kemungkinan dibuatkan secara permanen tidak bersifat sementara,” jelas Woto, sapaan akrabnya.

Baca Juga : Tanggul DI Winong Gondang Sragen Jebol, Begini Kondisinya

Dia menjelaskan penggunaan alat berat untuk membuat pijakan pada saluran irigasi karena tanah bergeser. Nanti, katanya, ada cor beton pasangan untuk besi pemangku dan menggunakan talang drum. “RAB [rencana anggaran biaya]  kurang lebih Rp70 juta,” ujarnya.

Ketua Kelompok Tani Dewi Sri Tunggul, Gondang, Sragen, Sukir, 72, menerangkan areal sawah yang menggunakan air dari saluran irigasi Bendung Winong di wilayah Tunggul mencapai 314 hektare. Sebanyak 38 hektare di antara di bawah Kelompok Tani Dewi Sri.

Sukir mengatakan para petani hanya bisa pasrah setelah melihat kondisi saluran irigasi ambrol sepanjang 40 meter. “Harapan segera dikerjakan untuk kedaruratan dengan membuatkan talang irigasi. Posisi tanaman padi sekarang tinggal menunggu panen. Petani sudah mengeluarkan banyak biaya mulai tanam sampai pemupukan kedua. Rata-rata umur tanaman sudah 45 hari dan paling menunggu 35-40 hari sudah panen,” ujarnya.

Dia menerangkan kalau dalam waktu 35-40 hari itu tidak ada pengairan maka petani bisa gagal panen. Sukir mengungkapkan kondisi tersebut menjadi pukulan berat bagi petani. “Pupuk dibatasi dan ternyata kondisi irigasi juga ambrol seperti ini.”

Baca Juga : Sawah Di Rejosari Sukoharjo Dikeluhkan Kerap Puso, Kades Sebut Ini Penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya