SOLOPOS.COM - Sri Hastuti, 37, anggota Linmas Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, menurunkan beras bantuan sosial (bansos) dari mobil, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Lebih dari 11 tahun, Sri Hastuti, seorang ibu yang tinggal Mojosongo, Jebres, Solo, ini menjadi tulang punggung keluarga dan menjalani pekerjaan dobel. Siang menjadi petugas perlindungan masyarakat (linmas) di Mojosongo, malam menjadi driver ojek online (online).

Perempuan berusia 37 tahun itu harus bekerja siang dan malam demi memenuhi kebutuhan anak semata wayangnya yang berusia 12 tahun. Dia menjadi orang tua tunggal setelah berpisah dengan sang suaminya pada 2009 silam.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tak lama setelah melahirkan, Tuti, panggilan akrabnya, memutuskan bercerai baik-baik dengan suaminya yang tinggal di Bali. “Saya pilih pulang ke Solo karena sesuatu hal,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (11/3/2022).

Baca Juga: Kombes Sebut 15% Keluarga di Kota Solo Dikepalai Perempuan

Setelah pulang ke rumah orang tuanya di Solo, ibu satu anak warga Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, itu harus banting tulang. Ia bekerja sebagai tenaga sales selama beberapa tahun, menjadi kurir aplikasi belanja online, sampai pada 2017 mendaftar sebagai pengemudi ojek online (ojol).

Selang empat tahun kemudian atau pada 2021, ia mencoba peruntungan menjadi seorang anggota perlindungan masyarakat (linmas) di Kelurahan Mojosongo. Mulai saat itu, ia menjadi anggota linmas dan ojol bersamaan.

Ingin Kuliahkan Anak

“Jam kerja linmas kadang dapat pagi sampai sore, kadang sore sampai malam. Jadi luar jam itu saya lanjut ojol,” tuturnya. Pendapatan menjadi anggota linmas yang senilai upah minimum kota (UMK), menurutnya, cukup untuk kebutuhan hidup sehari-sehari.

Baca Juga: 13 Alumni UNS Solo Terima Penghargaan, Ada yang Jadi Pejabat Boeing Lho

Sedangkan untuk biaya sekolah, Tuti berharap dari pendapatan mengojek online. Ibu asal Mojosongo, Solo, itu juga ingin memiliki tabungan agar anaknya bisa mengenyam bangku kuliah.

“Anak saya di sekolah swasta, sehingga biayanya tidak sedikit. Sebenarnya cukup karena ada bantuan operasional sekolah [BOS]. Tapi kan tidak cukup banget. Saya ingin menabung agar anak saya bisa kuliah,” kisah Tuti.

Pendapatan dari ojol per harinya sekitar Rp25.000-Rp50.000. Nilai itu tergantung sepi ramainya order konsumen. Pulang dengan tangan hampa pun pernah ia alami.

Baca Juga: 3 Kali Nyadran Sepi Peziarah, Buruh Bersih Makam di Solo Gigit Jari

“Pagi hari saya mulai dengan menyiapkan keperluan anak sekolah, lalu berangkat kerja. Kalau dapat sif sore, saya mengojek pagi sampai sebelum mulai sif. Saya pastikan pekerjaan saya tidak sampai mengganggu satu sama lain, karena saya punya tanggung jawab sebagai linmas,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya