SOLOPOS.COM - Ilustrasi hotel. (Freepik.com)

Solopos.com, JOGJA -- Perpanjangan masa tanggap darurat di DIY dikeluhkan sejumlah pihak, salah satunya pengelola hotel dan restoran di Jogja. Perpanjangan ini dinilai membuat image Jogja terkesan belum aman untuk dikunjungi.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, menuturkan sebenarnya sudah ada sekitar 40 hotel yang berniat beroperasi kembali pada Juli. "Namun dengan perpanjangan ini, hotel yang mau buka jadi menunda," ujar dia kepada Harian Jogja, Jumat (26/6/2020).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berbeda dengan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tanggap darurat sebatas politik anggaran sehingga hotel dan restoran masih bisa buka.

Dokter & Perawat Sembuh dari Covid-19, RS Swasta di Pedan Klaten Bagikan 1.500 Masker

Namun, bukan soal buka atau tutupnya hotel yang ia persoalan, tapi image yang terbentuk pada orang luar Jogja. Dengan perpanjangan ini mereka menganggap Jogja belum aman.

Image ini secara tidak langsung memengaruhi jumlah kunjungan masyarakat ke Jogja. Ia menceritakan okupansi hotel di Jogja saat ini masih rendah. Pada akhir pekan saja, okupansi hotel berbintang di Jogja sekitar 10%, sementara hotel nonbintang hanya di kisaran 5%.

Seperti halnya pemerintah yang memerlukan fleksibel anggaran, pada masa tanggap darurat hotel dan restoran juga membutuhkan hal serupa. Sejauh ini, stimulus yang diberikan pemerintah daerah sebatas peniadaan pajak. "Kalau tidak ada tamu ya tidak ada pajak, sama saja," keluh dia.

Sayonara Prameks, Welcome KRL Solo-Jogja

Kampanye Protokol Kesehatan di Objek Wisata Jogja

Sementara, PLN pun tidak memberi keringanan. Pengelola hotel di Jogja juga harus tetap memerhatikan nasib karyawan, sebisa mungkin jangan sampai ada pemutusan hubungan kerja (PHK). Untuk itu, menurutnya, intervensi pemerintah sangat diperlukan.

Di samping itu, upaya promosi juga diperlukan. Belum sampai mengajak berkunjung ke Jogja, tapi sebatas mengampanyekan bahwa destinasi wisata di Jogja sudah siap dengan protokol kesehatan. Dengan kampanye ini, masyarakat luar perlahan akan tertarik mencoba berwisata.

Sebagai upaya dalam kampanye ini, PHRI DIY akan menggelar kegiatan Jalan Sore pada Selasa (30/6/2020) mendatang. Rutenya dari Tugu Jogja hingga Titik Nol. "Kami akan edukasi masyarakat di sana. Membangun image masyarakat siap Wajar Anyar," ujar dia.

Waduh! Kasus Positif Covid-19 Jateng Salip Jabar

Sebelumnya, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY memperpanjang status masa tanggap darurat hingga 31 Juli 2020. Salah satu pertimbangan perpanjangan ini adalah melihat perilaku masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan yang masih perlu ditingkatkan.

Kepala Badan Penanggulangan bencana (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana, menjelaskan dalam rapat yang melibatkan pemerintah kabupaten/kota serta Bidang Pengamanan dan penegakan Hukum, menyepakati perlu peningkatan pemahaman, edukasi, sosialisasi, dan patroli agar masyarakat menaati protokol kesehatan.

“Menurut pengamatan Bidang Pengamanan dan Penegakan Hukum dalam beraktivitas di tempat publik, masih banyak masyarakat yang tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak. Padahal ketika kita akan membuka aktivitas ekonomi atau new normal, harus diimbangi dengan disiplin protokol kesehatan itu,” ujarnya, Kamis (25/6/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya