SOLOPOS.COM - Tanaman dari lereng Gunung Lawu jenis Monstera King Variegata yang dibeli warga Solo dengan harga Rp225 juta.

Solopos.com, KARANGANYAR — Sejumlah petani tanaman hias berharga mahal di lereng Gunung Lawu menyebut gampang-gampang susah mengembangbiakkan tanaman hias jenis Monstera. Apalagi pengembangbiakan lewat biji.

Beberapa waktu lalu pasutri asal Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, membeli tanaman hias jenis Monstera King Variegata dari lereng Gunung Lawu seharga Rp225 juta. Pemilik tanaman, Sri Hastuti, 41, mengatakan tanaman hias miliknya istimewa karena memiliki lima tongkol. Satu tongkol bisa menghasilkan hingga seratus biji. Biji-biji tersebut bisa disemai agar tumbuh menjadi tanaman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Begini Ceritanya Kemuning Karanganyar Jadi Desa Wisata Terbaik Se- Indonesia Kategori Digital

Solopos.com berbincang dengan petani sekaligus pedagang tanaman hias dari Ngargoyoso, Dwi Haryanto, tentang budidaya Monstera. Dwi menyebut Monstera King Variegata milik pasutri Solo itu istimewa. Menurut dia, Monstera yang dibudidayakan di Pulau Jawa jarang bisa tumbuh hingga bertongkol.

“Bisa seharga itu [Rp225 juta] berarti besar dan variegata bagus, White Tiger. Jarang di Jawa [Monstera White Tiger] sampai bertongkol. Itu jadi kebanggan sendiri. Untuk mencapai tongkol itu butuh perawatan lama, bisa lebih dari 3-4 tahun,” tutur Dwi.

Pemilik Mas Dwi Nursery itu mengungkapkan gampang-gampang susah mengembangbiakkan Monstera maupun tanaman hias lain jenis Philodendron dan Anthurium. Tanaman itu bisa tumbuh subur pada habitat yang cocok. Dwi menyebut hawa di lereng Gunung Lawu cocok untuk membudidayakan Monstera.

“Diletakkan di halaman asalkan lokasinya sejuk, dingin, dia bisa bertongkol. Dalam artian mudah mengindukkan. Tapi, kalau mengembangbiakkan dari biji belum pernah ada di Jateng. Ada itu di Batu, Malang. Yang di [Dusun] Mogol itu tongkol lima dan belum panen,” ujar dia.

Adaptasi Lingkungan

Dwi khawatir Monstera White Tiger yang dibeli warga Kota Solo itu bisa berkembangbiak dengan baik atau tidak setelah dipindahkan dari suhu dingin Tawangmangu ke suhu Kota Solo. Menurut dia, Monstera harus beradaptasi dengan lingkungan baru.

“Kemungkinan dipindah daerah panas itu perlu diperhatikan kelangsungan tongkol. Jangan sampai drop. Kalau dipindah kan harus adaptasi ke tempat baru, khawatir stres,” jelasnya.

Baca Juga: Jual Monstera King Rp225 Juta, Petani Tawangmangu Pakai Duitnya Buat Ini

Petani lain dari Kecamatan Karangpandan, Sariyanto alias Wibisono, menyampaikan pengembangbiakan Monstera lebih gampang lewat stek batang. Wibi, sapaan akrabnya, menyebut metode itu dengan pengembangbiakan potong. “Bagian daun ada ketiak daun. Nah ada mata tunas itu dipotong. Bagian itu ditanam di media berisi sekam, daun bambu, dan lumut. Disirami cukup sekali dalam satu hari. Nanti bisa muncul tunas setelah satu bulan. Dalam dua bulan bisa tumbuh daun,” tutur dia.

Wibi menyebut harga daun usia dua bulan bisa mencapai Rp4 juta dengan catatan motif variegata bagus. “Yang bagus ya White Tiger. Kami budidaya dengan stek untuk memenuhi permintaan pasar. Kalau dari situ tidak bisa ya kami beli dari teman satu komunitas,” ungkap dia terkekeh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya