SOLOPOS.COM - Rumah Agung Lestari, 25, berada tak jauh dari jalan Solo-Sragen, Desa Jati, Kecamatan Masaran, Sragen, Kamis (6/4/2017). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Satu keluarga asal Masaran, Sragen, dideportasi dari Turki.

Solopos.com, SRAGEN — Agung Lestari, 25, bersama istrinya, Susi, 23, dan tiga anaknya dideportasi dari Turki lantaran tidak memiliki visa tinggal di negara tersebut. Mereka tiba di kampung halaman mereka di Desa Jati, Masaran, Sragen, Selasa (4/4/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (6/4/2017), Agung mengatakan pada awalnya dirinya bersama dua anak serta istrinya yang tengah hamil tua berpamitan berangkat umrah sekitar Juni 2016 lalu. Dia umrah bersama teman-temannya yang berjumlah kurang dari 10 orang.

Selesai umrah, Agung bersama teman-temannya berwisata ke Turki. “Di Turki itu ada banyak tempat bersejarah, terutama terkait perkembangan agama Islam. Sudah banyak tempat yang kami kunjungi di sana. Hanya ada beberapa tempat yang kami lewatkan. Di Turki, istri saya melahirkan anak saya,” papar Agung.

Setelah melahirkan anak, Agung bermaksud mengajak keluarganya mudik ke kampung halaman. Meski begitu, ada aturan di negeri itu yang melarang bayi kurang dari tujuh bulan untuk naik pesawat.

“Karena ada larangan itu, kami tidak bisa pulang. Kami harus menunggu anak saya tumbuh hingga tujuh bulan. Padahal, visa saya sudah habis masa berlakunya. Saya tidak tahu bagaimana cara memperpanjangnya sehingga apa yang terjadi kemudian ya terjadilah,” terang Agung.

Agung membantah dirinya terlibat jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) seperti yang disangkakan selama ini kepadanya. “Itu hanya isu. Terserah mereka mau bilang apa. Saya tidak terlibat dengan jaringan mereka. Saya tidak dekat dengan mereka. Kedatangan saya ke Turki murni karena ingin berwisata religi,” ujarnya.

Agung bersama istri dan tiga putranya dijemput Dinas Sosial (Dinsos) Sragen dan Babinsa Desa Jati di Bandara Adi Soemarmo. Dia dipulangkan ke negara asalnya karena tidak memiliki visa tinggal di Turki.

“Saya sudah membuat surat pernyataan. Intinya, saya berjanji akan menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan menaati aturan hukum di negara ini. Saya juga menyatakan tidak ada kaitan antara saya dengan jaringan itu [ISIS],” tegas Agung.

Kaur Keamanan dan Ketertiban atau Jogoboyo Desa Jati, Pariman, mengatakan ada dua warga lain yang diduga masuk jaringan ISIS. Ini karena dua warga itu kedapatan membawa bendera ISIS di kampung.

Dua warga itu ikut serta ke Turki bersama Agung. Namun, keduanya hingga kini belum ada kabar. “Kami tidak tahu keduanya sekarang ada di mana. Mudah-mudahan segera ada kabar baik dari mereka,” papar Pariman.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya