SOLOPOS.COM - Santri berjalan menuju asrama di kompleks Pondok Modern Darussalam Gontor Pusat, Mlarak, Ponorogo, Rabu (18/5/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Solopos.com, SURABAYA – Jumlah santri yang menjadi korban kekerasan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur tak hanya satu melainkan tiga orang.

Satu orang santri meninggal dunia sementara dua lainnya luka-luka.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Fakta itu didapatkan aparat Kepolisian Resor Ponorogo yang melakukan pengusutan. Sebelumnya, korban dugaan penganiayaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo adalah AM, 17, seperti disampaikan pengacara Hotman Paris melalui kanal media sosial Instagramnya.

AM yang merupakan warga Palembang, Sumatra Selatan.

Baca Juga: Kemenag Tidak Cabut Izin Pondok Gontor Usai Kejadian Santri Meninggal Dianiaya

“Total ada tiga santri termasuk korban AM, namun yang dua santri luka-luka,” kata Kapolres Ponorogo Ajun Komisaris Besar Polisi Catur Cahyono kepada wartawan di Ponorogo, Selasa (6/9/2022).

Menindaklanjuti kasus dugaan kekerasan fisik dan penganiayaan itu, Kapolres menegaskan pihaknya masih terus melakukan penyelidikan dan telah memeriksa tujuh orang saksi.

Mereka yang sudah diperiksa terdiri atas dua santri, dua dokter, serta tiga ustaz (guru ngaji) Ponpes Gontor 1.

Baca Juga: Keluarga Sayangkan Pondok Gontor Berbohong soal Penyebab Kematian Santri AM

Kasus dugaan kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan seorang santri berinisial AM meninggal dunia itu ditindaklanjuti Polres Ponorogo setelah menerima pengaduan dari pihak Ponpes Modern Darussalam Gontor yang diwakili salah satu ustaznya.

Dari pemeriksaan awal diperoleh bukti petunjuk bahwa pemicu terjadinya tindakan kekerasan fisik yang dialami korban AM dan dua orang santri lainnya karena kesalahpahaman dengan santri senior.

Namun, Kapolres belum menjelaskan secara rinci motif para senior santri itu tega menganiaya santri juniornya AM hingga meninggal dunia.

Baca Juga: Autopsi Jenazah Santri Pondok Gontor, Tim Polres Ponorogo Terbang ke Palembang

“Jadi, pemicunya kesalahpahaman, tapi kami masih akan mendalami lagi karena butuh waktu. Nanti akan kami sampaikan lebih lanjut motifnya,” katanya.

Kasus penganiayaan santri asal Palembang, Sumatera Selatan, yang terjadi di Ponpes Modern Darussalam Gontor itu terungkap pertama kali dari unggahan pengacara Hotman Paris di kanal medsos Instagramnya, “HOTMAN 911”, saat menerima pengaduan dari ibunda korban yang menemuinya.

Kepada Hotman, ibunda santri AM menangis dan meratapi kematian anaknya yang disebutnya tidak wajar.

Baca Juga: Keluarga Sayangkan Pondok Gontor Berbohong soal Penyebab Kematian Santri AM

Dalam video singkat tersebut, Hotman Paris langsung meminta Kapolda Jatim untuk melakukan penyelidikan atas pelaporan seorang ibu yang datang bersama keluarga mengadu soal kematian tidak wajar anaknya.

“Hallo Pak Kapolda Jatim. Ini ada ibu yang anaknya meninggal diduga akibat penganiayaan,” ujar Hotman dalam unggahan videonya.

Santri yang diduga mengalami penganiayaan, AM, telah beberapa tahun menjadi santri di Pesantren Gontor.

Baca Juga: Anaknya Meninggal Dianiaya di Pondok Gontor, Soimah: Cukup Anak Saya!

Jenazah AM dipulangkan dan dimakamkan pada 22 Agustus 2022. Akan tetapi, ibunda korban, Siti Soimah, menduga kematian putranya tidak wajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya