SOLOPOS.COM - Warga meramaikan Pasar Tambak yang digelar di Desa Sribit, Sidoharjo, Sragen, Kamis (20/8/2020) malam. (Istimewa/Koleksi Fathurrahman)

Solopos.com, SRAGEN -- Meski tidak mendapat izin dari Pemerintah Desa (Pemdes) Sribit, ratusan warga tetap berdatangan ke Pasar Tambak yang digelar di Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Kamis (20/8/2020) malam.

Pasar Tambak Sragen biasa digelar setiap setahun sekali. Namun, puncak keramaian dari Pasar Tambak hanya terulang setiap satu windu atau delapan tahun sekali, tepatnya pada malam Jumat Wage di bulan Asyura.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Memang benar tidak ada izin dari Pemdes Sribit. Tapi keinginan warga untuk nguri-uri tradisi itu tidak terbendung. Antusias warga sangat tinggi. Meski tidak ada kepanitiaan, warga berdatangan ke lokasi dengan membawa barang dagangan. Warga lain pun berdatangan untuk berbelanja,” ujar anggota DPRD Sragen, Fatchurrahman, yang juga hadir meramaikan Pasar Tambak kepada Solopos.com, Jumat (21/8/2020).

Begini Keseharian Keluarga Suranto di Mata Tetangga di Baki Sukoharjo

Kebetulan, Pasar Tambak tahun ini digelar tepatnya pada malam Jumat Wage di bulan Asyura yang hanya muncul dalam kurun waktu delapan tahun atau sewindu sekali.

Oleh karena itu, meski tidak ada kepanitiaan, Pasar Tambak yang digelar Kamis malam lalu cukup ramai dikunjungi warga.

“Pasar Tambak berjalan secara alami saja. Ada dorongan pribadi dari masing-masing warga untuk meramaikan Pasar Tambak. Mereka datang dengan melaksanakan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak. Keramaian pasar berlangsung hingga pukul 24.00 WIB,” ucap politikus dari PKB itu.

Kebakaran Hanguskan Warung di Kalijambe Sragen, Ini Penyebabnya

Sementara itu, Kepala Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Sutaryo, mengaku tidak tahu menahu terkait pelaksanaan Pasar Tambak yang digelar pada Kamis malam.

Kades Tak Beri Izin Penyelenggaraan

Dia menegaskan Pemdes Sribit tidak memberikan izin kegiatan Pasar Tambak tersebut karena berpotensi dihadiri banyak orang sehingga rawan penularan Covid-19.

“Saya tidak tahu, saya tidak kasih izin. Tidak dibolehkan mengadakan kegiatan yang mengundang banyak orang karena di masa pandemi. Saya tidak tahu siapa yang menyelenggarakan,” ucap Sutarto saat dihubungi via telepon.

Untuk diketahui, Pasar Tambak Sragen yang digelar setahun sekali hanya menjual peralatan pertanian, peternakan dan perkakas rumah tangga yang dibuat oleh para perajin dari kalangan warga sekitar.

Catat! Pedoman Lengkap Penyelenggaraan Hajatan dan Pentas Seni di Klaten

Beberapa barang yang dijual di pasar itu antara lain cangkul, sabit, caping, ani-ani, pecut, centong, irus, kukusan dan lain-lain. Aneka barang itu dijual lebih murah dibandingkan harga pasaran.

Kemeriahan di Pasar Tambak juga menjadi magnet warga untuk mendirikan lapak untuk berjualan. Ada pula warga membuka lahan untuk area parkir.

Dibukanya Pasar Tambak diilhami oleh kisah raja pertama Kerajaan Pajang yakni Sultan Hadiwijaya. Sultan yang memimpin Kerajaan Pajang pada 1549-1582 itu memiliki julukan lain yakni Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Saat mengarungi Sungai Bengawan Solo, Joko Tingkir menyandarkan perahu dan beristirahat di Desa Sribit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya