SOLOPOS.COM - Bahaya nyamuk nakal (Whisnu Paksa/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Di tengah hantaman pandemi Covid-19 yang belum mereda, warga Kabupaten Sukoharjo juga menghadapi ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan chikungunya.

Bahkan tiga warga wilayah yang dikenal sebagai Kabupaten Jamu itu meninggal dunia akibat DBD.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo Yunia Wahdiyati memerinci angka kasus DBD hingga pekan ke-21 tercatat 109 kasus plus tiga orang meninggal dunia. Jumlah ini melonjak drastis dibandingkan sebulan lalu hanya berjumlah 68 kasus, dengan angka kematian satu kasus.

"DBD memang harus diwaspadai bersama. Tidak hanya fokus pada penanganan Covid-19, kami juga gencar sosialisasi tentang ancaman penyakit DBD," kata Yunia di ruang kerjanya, Selasa (2/6/2020).

Waspadai Gelombang Kedua Covid-19, Jepang Siapkan Pelacakan Dini Lewat Smartphone

Yunia mengatakan penambahan kasus kematian akibat DBD terjadi pada pekan ke-20 dan pekan ke-19. Di mana dua kasus tambahan kematian akibat DBD berada di Kecamatan Gatak.

Sedangkan satu kasus kematian sebelumnya ada di Kecamatan Kartasura. Dia mengatakan DBD merupakan salah satu penyebaran penyakit yang dihadapi masyarakat saat ini.

Dengan demikian diperlukan kewaspadaan bersama selain pencegahan virus Corona. Yunia memperkirakan kasus DBD terus meningkat selama peralihan musim ini. Apalagi jika masyarakat semakin abai terhadap kebersihan lingkungan.

Bukan Satai atau Bakso, Ini Jajanan di Pasar Gemolong Sragen yang Paling Dikangeni Pemudik

Menurutnya selama peralihan penghujan ke musim kemarau meningkatkan risiko penyebaran penyakit, salah satunya DBD. Hujan deras hingga menyebabkan genangan air di mana-mana dapat menjadi tempat bagi berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti, penyebab DBD.

"Tidak hanya DBD yang kita hadapi sekarang. Tapi juga penyakit chikungunya. Banyak laporan ada peningkatan kasus chikungunya," kata Yunia tanpa memerinci detail jumlah kasusnya.

Lebih lanjut Yunia menjelaskan chikungunya juga disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Namun sifatnya tidak menular antarpenderita.

WHO Bantah Ilmuwan Italia yang Sebut Potensi Virus Corona Melemah

Chikungunya tidak mematikan dan penderita bisa sembuh dengan sendirinya. Hanya saja perlu diobati agar gejalanya seperti demam dan nyeri di sekujur tubuh tidak berkepanjangan. Faktor risikonya mirip dengan DBD.

Dia mengatakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan cara ampuh membasmi penyebab penyakit DBD dan Chikungunya. Masyarakat dapat memulainya di lingkungan rumah tangga seperti menguras bak mandi secara rutin dan tempat penampungan air lainnya.

Pihaknya pun meminta kepada seluruh warga untuk mewaspadai penyakit DBD dan Chikungunya.

"DBD dan Virus Corona sama-sama disebabkan oleh virus dan belum ada obatnya. Kasus yang terjadi di Sukoharjo banyak yang awalnya dikira DB ternyata Corona. Karena memiliki gejala sama yakni demam tinggi. Yang membedakan hasil tes laboratorium," katanya.

New Normal Jateng: Polda Bentuk 284 Kampung Siaga, 64 Di Antaranya di Soloraya

Warga Carikan, Kecamatan/ Kabupaten Sukoharjo, Ahmad Rafiq, mengatakan terserang penyakit Chikungunya belum lama ini. Bahkan di lingkungannya ada tiga warga lain yang juga terserang penyakit Chikungunya.

"Saya hanya istirahat di rumah dengan minum obat penurun panas. Dua hari sudah sembuh tidak sampai ke rumah sakit," katanya.

Dia mengatakan penyakit chikungunya ini menyerang warga tidak serentak, namun secara bergantian. Setelah sejumlah penderita sembuh tidak lama berselang muncul penderita baru.

“Selain demam, semua tulang rasanya nyeri,“ tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya