SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman secara simbolis memanen padi varietas Ciherang Musim Tanam I (MT I) menggunakan mesin combine harvester saat kunjungan di persawahan Desa Sari, Gajah, Demak, Selasa (23/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Meski beras impor belum datang, harga beras di Jateng sudah turun karena memasuki panen raya.

Solopos.com, JAKARTA — Harga gabah kering panen di sejumlah tempat dilaporkan mulai mengalami penurunan menyusul dimulainya musim panen raya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu wilayah yang mengalami penurunan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani adalah Kabupaten Demak di mana penurunan mencapai Rp700/kg. Harga turun dari Rp6.100/kg di awal Januari 2018 menjadi 5.400/kg saat ini untuk panen yang menggunakan combine harvester.

“Penurunan harga ini disebabkan karena di Kabupaten Demak sudah memasuki panen raya padi. Sekarang sedang panen padi 510 hektar,” Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak Wibodo seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Bisnis/JIBI, Selasa (23/1/2018).

Adapun untuk gabah kering panen yang tidak menggunakan combine harvester berada di level Rp5.100/kg. Wibowo mengatakan panen padi Kabupaten Demak Januari 2018 seluas 1.739 hektare atau setara 11.303 ton beras. Sedangkan pada Februari 2018, panen seluas 35.731 hektare atau setara 126.635 ton beras dan Maret 9.500 hektare atau setara 33.670 ton beras.

Sementara itu, konsumsi beras daerah berpenduduk 1,1 juta jiwa ini hanya 9.033 ton beras perbulan. Karena itu pada Januari surplus 2.279 ton, februari surplus 117.602 ton dan Maret surplus 24.637 ton beras. Baca juga: Pengamat Khawatir Impor Beras Dimanfaatkan untuk Dana Politik.

Adapun Ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo, Desa Sari Kecamatan Gajah Ahmad Nur Khasan mengatakan petani di daerahnya dominan menanam padi varietas Ciherang dengan produktivitas gabah kering panen (GKP) 8 hingga 9 ton per hektare. Dia meminta agar hasil panen kali ini bisa diserap oleh pemerintah melalui Perum Bulog.

“Pengalaman pahit tahun 2017 panen raya harga jatuh menjadi Rp 2.400 sampai Rp 2.500 per kg GKP, jangan sampai BULOG tidak menyerap. Ini sudah panen raya, petani di sini tolak impor beras,” katanya. Baca juga: Kementan: Ada yang “Goreng” Harga Sebelum Impor Beras.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Yuni Astuti mengatakan harga Gabah di Jawa Tengah mulai turun dari sebelumnya pernah mencapai Rp 6.000 menjadi sekitar Rp 5.300/kg. Hal ini didorong kondisi surplus beras.

Dia menyebutkan panen padi Provinsi Jawa Tengah pada Januari 2018 mencapai luas 109.000 hektare, Februari seluas 329.000 hektare, dan Maret 293.600 hektare. Produksi pada Januari mencapai 613.000 ton GKG atau 370.000 ton beras, Februari 1.92 juta ton GKG setara beras 1,16 juta ton beras, dan Maret 1,73 juta ton GKG setara 1,05 juta ton beras.

“Selanjutnya konsumsi beras penduduk JawaTengah 34,49 juta jiwa adalah 267.000 ton beras perbulan. Jadi Januari terjadi surplus beras 102.000 ton, Februari surplus 891.000 ton, dan Maret surplus 778.000 ton beras,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya