SOLOPOS.COM - Beberapa ibu rumah tangga (IRT) beraktivitas di pekarangan di Sawit, Gantiwarno, Klaten. Pemberian nama Desa Sawit erat hubungannya dengan kisah gending gambir sawit di daerah setempat. Foto diambil akhir Desember 2021.

Solopos.com, KLATEN—Sawit merupakan salah satu desa di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten. Meski dinamakan Desa Sawit, di daerah ini sama sekali tak ditemukan pohon sawit. Desa Sawit juga bukan merupakan daerah penghasil minyak sawit.

Belakangan diketahui, pemberian nama Desa Sawit tak terlepas dari kelompok seni di zaman kerajaan yang sempat mampir di Desa Sawit. Kelompok seni tersebut terdiri dari dua pesinden dan lima nayoga.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kelompok seni ini sering berpindah lokasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Saat unjuk kebolehannya, kelompok seni ini sering menampilkan gending gambir sawit. Pemberian nama Desa Sawit ternyata berasal dari nama gending tersebut.

Baca Juga: Beri Bantuan Penyandang Disabilitas Basin, Kapolres Klaten: Semangat!

Ekspedisi Mudik 2024

“Di zaman kerajaan dahulu biasa dikenal ada wong mbarang. Nah, para pelaku seni yang terdiri dari dua pesinden dan lima nayoga itu juga sampai di daerah sini. Begitu menginap di sini, mereka semuanya meninggal dunia karena saat itu sedang berlangsung pagebluk,” kata Kepala Desa (Kades) Sawit, Kecamatan Gantiwarno, Maryadi, kepada Solopos.com, Jumat (14/1/2022).

Maryadi mengatakan para pelaku seni yang datang ke Desa Sawit memiliki keahlian khusus dalam menyanyi dan membawakan sebuah gending. Hal itu menjadi hiburan tersendiri bagi warga di Desa Sawit di zaman kerajaan.

“Setelah dua pesinden dan lima nayoga meninggal dunia, semuanya dimakamkan di sini. Makamnya bernama Makam ledhek. Itu berada di kompleks tempat permakaman umum (TPU) umum di sini. Jadi, tidak ada yang tahu dua pesinden dan lima nayoga itu persisnya berasal dari mana?” katanya.

Baca Juga: Vaksinasi Booster Wonogiri Pakai AstraZeneca, 208.000 Lansia Disasar

Maryadi mengatakan jumlah penduduk Desa Sawit, Kecamatan Gantiwarno mencapai kurang lebih 2.500 jiwa. Jumlah tersebut tersebar di dua dusun atau di 11 RT dan 4 RW. Desa Sawit merupakan satu dari 16 desa di Kecamatan Gantiwarno.

“Dari Pemerintah Desa (Pemdes) Sawit ikut nguri-nguri keberadaan makam ledhek dari kelompok kesenian gending gambir sawit itu dengan membikin kijing di makam,” katanya.

Maryadi mengatakan cerita tentang gending gambir sawit masih berlangsung turun-temurun hingga era sekarang. Warga pun meyakini pemberian nama Desa Sawit bermula dari cerita gending gambir sawit. “Di Desa Sawit ini juga sempat dikenal dengan seninya. Seni andalan di sini, yakni seni srandul,” katanya.

Baca Juga: Jembatan Girpasang Banyak Wisatawan, Sri Mulyani: Utamakan Keselamatan

Maryadi mengatakan munculnya pandemi Covid-19 yang terjadi saat sekarang merupakan bagian dari musim pagebluk. Seluruh elemen masyarakat di Sawit diwajibkan tetap menaati protokol kesehatan (prokes) meski kasus Covid-19 di desa setempat sudah melandai sejak akhir November 2021.

“Kalau sekarang ini pagebluk Covid-19. Jika di zaman dahulu, namanya hanya pagebluk. Tapi tidak menjalar ke mana-mana. Soalnya di zaman dahulu, mobilitas warga tidak seperti sekarang. Di zaman dahulu, warga lebih banyak berdiam diri di satu daerah. Sekarang ini, di Desa Sawit sedang mengembangkan berbagai progran yang sifatnya pemberdayaan masyarakat. Termasuk membikin kuliner khas, seperti lompong crispy,” kata Maryadi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya