SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Memasuki musim kemarau, beberapa wilayah di DIY kekurangan air. Misalnya di Rongkop, Gunungkidul dan beberapa wilayah di Kulonprogo. Kekeringan yang diartikan sebagai kondisi kekurangan air ini sebenarnya adalah masalah klasik yang selalu dihadapi beberapa wilayah setiap musim kemarau.

Disebut klasik karena selalu saja terjadi setiap tahun. Jika musik kemarau datang, kekeringan pun datang. Seolah tak pernah ada upaya antisipasi sehingga persoalan itu selalu datang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seharusnya, karena kemarau itu pasti datang setiap tahun, baik pemerintah daerah maupun warga sudah bisa mengantisipasi sehingga kekurangan air bisa diatasi dan tidak terjadi setiap tahun.

Ironisnya, perkembangan zaman yang juga diiringi kemajuan teknologi seakan kalah untuk mengatasi persoalan kekeringan air ini.

Tapi itu realitas. Bahwa sampai saat ini pemerintah daerah maupun warga belum menemukan titik temu untuk menanggulagi persoalan kekeringan air. Apalagi, harga air selalu naik setiap tahun.

Misalnya di Rongkop, Gunungkidul, harga satu tangki air pada tahun lalu Rp100.000, tapi sekarang sudah naik menjadi Rp110.000. Padahal, air adalah kebutuhan utama makhluk hidup.

Tapi entah kenapa, sampai saat ini solusi untuk mengatasi persoalan kekurangan air belum terpecahkan. Meski, di kalangan warga sudah menyediakan sumur tadah hujan, namun juga belum mampu mengatasi persoalan klasik.

Pertanyaan pun muncul, apakah bantuan APBD dari pemerintah sudah dipergunakan dengan baik. Apakah dana yang diberikan lebih banyak untuk pengadaan air atau kah untuk biaya operasional.

Di Gunungkidul, dari bantuan pengadaan air sebesar Rp800 juta, hanya sekitar Rp110 juta yang dipergunakan untuk air, sisanya untuk biaya operasional.

Seharusnya dengan dana yang ada pemerintah yang ada bisa menemukan solusi yang efektif untuk mengatasi persoalan kekeringan agar tak menjadi persoalan klasik. Misalnya, menemukan teknologi jitu untuk mendatangkan air.

Pergunakan dana seefektif mungkin itu penting untuk mengatasi persoalan ini. Jangan menjadikan kekeringan sebagai lahan proyek untuk mencaitkan dana negara. Sementara di sisi lain anggaran tak tepat dipergunakan, dan masalah kekeringan akhirnya menjadi persoalan yang klasik.

Jika ini terjadi terus, maka Gunungkidul tak akan pernah lepas dari masalah kekeringan. Tidak malukah kita dengan anak cucu, karena kemajuan teknologi tak menuntaskan persoalan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya