Saat ini pemerintah tengah menggalakkan ketahanan pangan. Hal itu sulit terwujud jika sektor pertanian, sebagai penopang utama kebutuhan pangan, tidak tergarap secara optimal karena sumber daya manusia kurang.
Selain di kegiatan pertanian padi, ada yang menggeluti usaha di bidang penyediaan sarana dan prasarana seperti penyediaan pupuk, pestisida, dan lain-lain.
Kalangan anak-anak muda Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, yang tadinya merantau kini lebih memilih tinggal di desa dan menjadi petani sukses.
Peningkatan kelompok usia milenial bahkan generasi Z (Gen Z) menjadi petani mulai terlihat, dimana mereka mengkombinasikan ide dan teknologi sebagai kunci meraih kesuksesan.
Petani muda dari kalangan milenial menggeliat di tengah isu krisis pangan dan membagikan tips sukses menjadi petani, salah satunya memulai dengan niat, baru kemudian nekat.
Afriana Putri Chajatiningrum dan sejumlah rekannya memilih menjadi petani muda dan mengembangkan beras merah karena melihat pertanian bisa menjadi sektor ekonomi yang menjanjikan di masa depan.
Salah satu petani muda asal Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Septian Dwi Aditya, memanfaatkan beras merah sebagai peluang usaha di bidang pertanian dan kesehatan, Jumat (22/7/2022).
Agrowisata Barro Tani Manunggal berdiri di Desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri. Agrowisata tersebut menjadi tempat bagi siapa pun yang ingin belajar bercocok tanam dengan benar.
Pemerintah Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, mengintensifkan gerakan petani milenial. Menarik kaum muda ke pertanian harus mengedepankan inovasi, teknologi, dan modernisasi.
Regenerasi petani bisa dilakukan melalui kegiatan berserikat dan pengenalan teknologi pertanian. Kaum muda butuh sesuatu yang baru dan tantangan sekaligus prospek agar mau menekuni dunia pertanian.
Para pemuda era kini yang enggan berarti bukan berarti selamanya mereka tak mau bertani. Petani muda butuh akses ke lahan pertanian yang cukup sesuai kehendak mereka bertani.