Nama Desa Lengking berasal dari Bahasa Jawa yakni langking yang bermakna hitam legam. Konon, cikal bakal terbentuknya Desa Lengking berkaitan erat dengan kisah pengembara yang memakai pakaian serba hitam.
Warga Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo tak pernah melewatkan sekalipun menggelar acara Tayuban setiap Jumat Kliwon. Acara ini erat kaitannya dengan batu Punden Tambakboyo yang dikeramatkan di desa itu.
Masjid Hastana di Keraton Kartsura, Sukoharjo, merupakan salah satu saksi kejayaan Kerajan Mataram di bawah kekuasan Pakubuwono X yang masih berdiri kokoh.
Kesenian rakyat kebo kinul lahir di Desa Genengsari, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, yang mengisahkan tentang masyarakat mengalami pagebluk sehingga gagal panen.
Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo konon dulunya ternyata menjadi gerbang penjagaan di era Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Bahkan Desa Jagan telah ada sebelum Indonesia merdeka.
Wilayah Kecamatan Baki, Sukoharjo memiliki dua bangunan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yakni Kanal Baki dan Dam Bareng, yang sejarahnya menjadi penyangga pabrik-pabrik besar di kawasan itu.
Baki merupakan daerah yang sangat dikenal luas oleh masyarakat Kota Solo dan sekitarnya, terutama dalam kuliner nasi liwet dan sentra produsen kerajinan gitar.
Pendeklarasian Sukoharjo sebagai Kabupaten Jamu dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani di Alun-alun Sukoharjo, Rabu (1/4/2015).
Berikut ini terdapat asal usul atau sejarah dari Sukoharjo, Jawa Tengah, yang dulunya berawal dari kawedanan dan dibentuk menjadi kabupaten setelah RI Merdeka.
Salah satu anggota Laskar Diponegoro bernama Ki Honggo Suto tercecer dari rombongan dan bersembunyi di hutan belantara yang dipenuhi semak belukar dan pepohonan rindang.
Tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan arca wisnu dan arca agastya saat proses eksvakasi lanjutan di situs bersejarah Candi Sirih Sukoharjo.