SOLOPOS.COM - Tradisi Tabuh Beduk Blandrangan di Menara Kudus. (Detikcom)

Solopos.com, KUDUS -- Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus menggelar tradisi tabuh beduk blandrangan sebagai tradisi menyambut Ramadan. Tabuhan beduk dang-dang dari atas Menara Kudus menandai awal Ramadan.

Mengutip Detik.com, Selasa (13/4/2021), tradisi tabuh beduk blandrangan dimulai selepas salat Asar dengan pembacaan tahlil di makam Sunan Kudus. Setelah itu sebanyak enam orang dari pendapa kompleks makam Sunan Kudus berjalan berjalan menuju atas Menara Kudus. Tampak petugas mengenakan pakaian khas kudusan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di Menara Kudus enam orang tersebut secara bergantian memukul beduk. Hal tersebut pun menjadi perhatian warga sekitar untuk melihat dan mendengar tabuh beduk menyambut Ramadan. "Ke sini penasaran, karena ini khas bertanda besok datangnya dimulainya bulan Ramadan. Sejak kecil mendengar tabuh beduk dari atas Menara Kudus," ujar seorang warga, Rina Maya.

Baca Juga : Pemkab Kudus Wajibkan Guru Divaksin Sebelum Pembelajaran Tatap Muka

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Muhammad Nadjib Hassan, mengatakan tradisi tabuh beduk bernama blandrangan. Tradisi blandrangan ini menandai masuk 1 Ramadan. "Jadi beduk dandangan ini tradisi yang di luar beduk berbunyi dang-dang. Itu dandangan. Acara di sini blandrangan itu sudah kepastian 1 Ramadan, itu mukul beduk maka disebut blandrangan," ujar Nadjib.

Blandrangan ini berbeda dengan dandangan yang dikenalkan Pemkab Kudus. Blandrangan menandai jika masuk 1 Ramadan, sedangkan dandangan hanya istilah nabuh beduk yang berbunyi dang-dang.

"Tradisi ini [dandangan] ditandai dengan penabuh, blandrangan ini istilah kalau sudah ada kepastian besok Ramadhan itu namanya blandrangan. Yang di luar menabuh beduk itu dandangan," terangnya.

Baca Juga : Tambahan Penghasilan PNS Kudus Bakal Dipotong Rp5 Miliar

Dia menjelaskan ada sejarah terkait tradisi menabuh beduk di atas Menara Kudus. Konon kata dia, Sunan Kudus menabuh beduk untuk memberitahu kepada masyarakat jika besok merupakan 1 Ramadan. Saat itu pula masyarakat berkerumun untuk menunggu kepastian awal bulan Ramadan.

"Jadi awalnya Sunan Kudus dulu nabung beduk di atas, masyarakat pada menunggu. Kapan sih [1 Ramadan], kerumunan orang muncul kemudian muncul inisiatif butuh makanan dan sebagainya itu, sehingga dulunya sampai ke kecil di sekitar menara. Terus kemudian berubah menjadi pasar malam. Ini dalam rangka menyambut awal Ramadan sehingga yang dijual makanan khas dalam rangka sambut Ramadan," pungkas Nadjib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya