SOLOPOS.COM - Syawalan Megono (Instagram/@kab_pekalongan)

Solopos.com, PEKALONGAN – Syawalan Megono adalah tradisi perayaaan Syawal yang khas dari Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Perayaan yang dilakukan setelah puasa wajib selama enam hari setelah Hari Raya Idulfitri ini digelar di objek wisata Linggoasri.

Berdasarkan kajian ilmiah dari Scrib.com, Senin (9/5/2022), seperti namanya, tradisi syawalan Megono ini meggunakan gunungan Megono, yang merupakan makanan olahan nasi dengan gori atau serat nangka yang sudah diberi bumbu dan ditumis sehingga memiliki rasa yang gurih dan sedap.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tradisi ini pada awalnya dilakukan di masjid secara sederhana dari masing-masing desa dengan membuat selamatan. Sementara itu, fungsi folklor dari tradisi ini adalah sebagai fungsi sosial, ekonomi, hiburan dan budaya. Masyarakat Pekalongan percaya akan adaya berkah dari tradisi syawalan Megono. Dalam acara ini juga diisi dengan penampilan tari gambyong.

Awal mula tradisi ini berawal dari kegembiraan para nenek moyang yang saat itu setelah menjalankan puasa Ramadan selama sebulan penuh dan dipuncaki Hari Raya Idulfitri pada 1 Syawal dan dilanjutkan puasa sunah selama enam hari dari tanggal 2-7 Syawal dan diakhiri dengan Bodo (Bakda) Syawal pada 8 Syawal.

Saat itu, para nenek moyang berpesta dengan membuat Sego Megono yang memuat filosofi kesederhanaan dari sebuah cara hidup Islam yang dikenal dengan sebutan qonaah sehingga makna dari Syawlaan Megono ini adalah lebih kepada meningkatkan taqwa dan kesederhanaan sebagaimana tujuan dari puasa Ramadan.

Baca juga: Kemolekan Hutan Pinus Gonoharjo Kendal Pikat Wisatawan

Selain Gunungan Megono, acara Syawalan Megono Pekalongan juga dimeriahkan dengan adanya perlombaan hasil bumi yang nantinya diarak bersamaan dengan iringan beberapa kesenian kendang pecak dan rebana. Puncaknya, gunungan Megono dengan hasil bumi ini akan diperebutkan oleh warga.

Pertunjukan tari rebbana santri diperagakan secara serempak dan lemah gemulai oleh 10 orang penari dengan diiringi juga oleh gamelan Jawa dari para pengrawit sehingga terdengar begitu harmonis. Acara ini juga diiringi dengan kirab dengan melepas sepasang gajah Linggoasri yang diarak dengan beragam macam pertunjukan kesenian, seperti silat rebana yang mengerahkan 40 perseonel. 40 personel itu terdiri dari 30 penari dan 10 orang pesilat.

Syawalan Megono ini dipusatkan di kawasan Linggoasri dikarenakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pekalongan ingin mempromosikan wisata tersebut kepada masyarakat. Wisata Linggoasri ini berada di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen yang memiliki ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dengan suhu sekitar 26 derajat celcius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya