SOLOPOS.COM - Petani menyemprotkan pestisida untuk membasmi hama padi di Ngawi, Sabtu (29/8/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Swasembada beras diyakini tercapai tahun ini mengingat belum ada impor beras meskipun dilanda El Nino.

Solopos.com, SUKOHARJO — Pemerintah kembali menegaskan Indonesia belum mengimpor beras hingga saat ini meskipun sempat diguncang tekanan untuk melakukan impor beberapa waktu lalu. Bahkan, Indonesia tahun ini sudah mengekspor beras meskipun dalam skala kecil.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam kunjungan di Sukoharjo, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanyakan kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman kapan Indonesia bisa mengekspor beras. Amran mengaku Indonesia sudah mengekspor beras, namun masih dalam skala kecil. Dia merasa malu jika harus menyebutkan angka realisasi ekspor.

Kondisi itu menurut Amran Sulaiman lebih baik dari masa di luar kepemimpinan Presiden Jokowi. Dia membandingkan dengan kondisi pada 1998 yang kala itu ada El Nino. Saat itu, Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa mengimpor 7,1 juta ton beras.

“Sekarang, kalau tidak ada upaya pemerintah, Indonesia harus mengimpor 10 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tapi satu tahun ini di pemerintahan Pak Jokowi, alhamdulillah Indonesia belum mengimpor [beras]. Apresiasi yang tinggi untuk teman-teman petani, babinsa, penyuluh, dan semua pihak yang berperan serta,” ujarnya.

Indonesa akan menguji coba pupuk pembenah tanah dan hayati, Mikrobia Beka dan Pomi, di lahan pertanian seluas 100.000 hektare (ha) dalam skala nasional dengan teknologi tanam hazton. Apabila berhasil, program akan ditingkatkan di lahan seluas 1 juta ha.

Hari ini, Presiden Jokowi mengecek hasil panen padi di areal persawahan percontohan yang menggunakan Mikrobia Beka dan Pomi di Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Sabtu (3/10/2015). Presiden yang didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ingin memastikan penggunaan pupuk tersebut bisa menghasilkan produktivitas padi 10 ton/ha.

Menurut Presiden Jokowi, jika potensi produktivitas itu tercapai, berarti ada kenaikan 30-40 persen dari produktivitas sebelumnya sebesar 7 ton/ha. Apabila program penggunaan dua pupuk itu berhasil, pemerintah akan menggunakan pupuk yang diproduksi PT Indo Acidatama, Kebakkramat, Karanganyar, itu untuk uji coba di lahan 100.000 ha. Sementara pupuk digunakan di lahan seluas 50 ha di Sukoharjo.

“Kalo benar dengan pupuk itu bisa menghasilkan 10 ton/ha, penggunaan akan ditingkatkan untuk lahan seluas 1 juta ha. Tapi ini harus dicek, didampingi, dan dikawal terus,” kata Jokowi.

Dia menginformasikan beberapa waktu sebelumnya dia meninjau kemampuan varietas padi baru, yakni IPB 3S, di Karawang, Jawa Barat, yang diklaim bisa menghasilkan padi 11 ton/ha. Pemerintah akan menggabungkan penggunaan dua jenis pupuk itu, teknologi penanaman hazton, dan varietas baru dari Karawang apabila hasil panen benar-benar bagus.

Menteri Pertanian menambahkan dengan asumsi pupuk tersebut bisa menghasilkan 10 ton/ha, tak bisa dibayangkan jika pupuk diterapkan pada lahan seluas 5 juta ha atau 30 persen dari luasan panen nasional seluas 14 juta ha. Berdasar penghitungannya petani akan bisa memperoleh pendapatan Rp60 triliun.

“Sudah ada 8.700 pendamping dari mahasiswa, dosen, babinsa, dan penyuluh yang akan memastikan program ini berjalan di lapangan,” kata Amran Sulaiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya