SOLOPOS.COM - Penataan stok beras di Gudang Bulog Sub Divisi Regional Malang-Pasuruan, Selasa (19/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Swasembada beras selalu dipertanyakan dan sering terganjal wacana impor beras.

Solopos.com, BANDUNG — Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat meminta pemerintah memeriksa kembali soal data beras di lapangan secara valid menyusul adanya polemik impor beras akhir-akhir ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Harian HKTI Jabar, Entang Sastraatmadja, mengatakan selama ini isu impor beras selalu mudah digulirkan pemerintah di saat persoalan produksi terganggu seperti dampak El Nino.

“Petani sejauh ini mempercayakan sikap soal beras dan segala data komoditas kepada pemerintah. Namun, jalan impor ini selalu diisukan dengan mudah tanpa mempertimbangkan produksi dalam negeri secara optimal,” ujarnya kepada Bisnis/JIBI, Senin (28/9/2015).

Entang menyarankan dalam pelemahan ekonomi seharusnya menjadi momentum pemerintah agar mengurangi impor termasuk beras terlepas dari gangguan produksi beras dampak El Nino yang masih dalam asumsi. Dia meminta pemerintah menghitung stok beras yang ada di lapangan, bukan hanya di Perum Bulog, tetapi juga yang di kantong-kantong petani dan pedagang.

“Dihitung juga berapa konsumsi sampai masa musim kemarau beres. Paling penting distribusikan beras dengan baik,” tegasnya.

Perhitungan ulang bisa melibatkan lembaga independen bersama asosiasi petani agar data yang dihasilkannya akurat. “Kalau data verifikasi lapangan memang ketersediaan beras kurang, baru jalan impor dibuka dan memang tidak diharamkan dalam UU Pangan,” ungkapnya.

Dia menambahkan pemerintah juga harus membeli beras petani dengan harga tinggi agar para petani mempunyai kesempatan mengembangkan produk pertaniannya dari sisi kualitas dan kuantitas. Selanjutnya, tugas pemerintah menjual beras hasil produksi petani tersebut dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat.

Dihubungi terpisah, Kepala Bulog Divre Jabar Alip Affandi memastikan stok beras di gudang Bulog di wilayah Jabar aman hingga akhir 2015 dan penyerapan masih terus dilakukan, meskipun pada musim kemarau ada penurunan penyerapan.

“Penyerapan terus dilakukan sampai akhir tahun meski jumlahnya lebih sedikit, puncaknya terjadi pada panen gadu Agustus 2015 lalu,” kata Alip.

Hingga September 2015, Bulog Jabar telah menyerap beras petani sekitar 418.000 ton bersama mitra Bulog maupun melalui Satgas Bulog Jabar. Dengan begitu, pihaknya senantiasa siap membantu pemerintah dalam penyediaan pangan di Jabar.

Disinggung mengenai operasi pasar guna menurunkan harga beras, Alip mengaku pihaknya siap menjalankan misi tersebut. “Tinggal pemerintah daerah yang bersangkutan mengajukan permohonan operasi pasar.”

Alip menambahkan pihaknya juga menyerap beras jenis medium yang dicari masyarakat kelas menengah atas. Hal ini, semakin memantapkan perannya dalam menjaga stabilitas harga pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya