SOLOPOS.COM - Petugas mengidentifikasi jenazah Riski Kurniawan, mahasiswa STIMIK Amikom yang ditemukan di Kali Oyo, Selasa (28/1/2014). (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

Harianjogja.com, BANTUL–Lokasi Kali Oya, tepatnya di Jembatan Siluk, Sriharjo, Imogiri, Bantul dinilai sebagai tempat yang kurang aman untuk kegiatan pendidikan dasar calon anggota baru pecinta alam yang masih amatiran atau belum banyak memiliki pengalaman.

Ketinggian air di Kali Oya selama ini dikenal tidak pernah stabil dan medan susur sungai yang cukup sulit bagi anggota baru.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Peniaian tersebut diungkapkan pecinta alam senior bernama Yudha yang kini bergabung dalam regu penyelam Bahari Rescue Indonesia (BRI) bermarkas di Kawasan Gondolayu Jogja. Ketinggian air lokasi Kali Oya, tepatnya Jembatan Siluk selama ini sulit dibaca.

“Lokasinya memang cukup menantang untuk sekelas pecinta alam yang sudah cukup berpengalaman. Tapi akan berbahaya untuk mereka yang ceroboh tidak bisa membaca kondisi air yang selalu berubah-ubah,” ujar Yudha juga menerjunkan lima penyelam Bahari Rescue Indonesia di Kali Oya saat memimpin pencarian korban hanyut calon anggota peserta diksar Mapala STIMIK AMIKOM Jogja, Selasa (28/3/2014).

Ia meminta seluruh kelompok pecinta alam agar sebelum memulai kegiatan di sekitar kali Oya yang memiliki lebar kali hampir sekitar 30 meter untuk mengawali orientasi dasar, salah satunya penjajakan kedalaman air.

Hal ini dipandang penting karena penjajakan kedalaman air sebelum memulai kegiatan bisa lebih antisipatif akan berbagai kemungkinan terburuk.

Bahari Rescue Indonesia juga mengidentifikasi Kali Oya memiliki karakter arus kecepatan air bagian atas permukaan dan bagian dalam yang cukup berbeda setiap saat. Menurut Yudha kadang kecepatan arus lebih tinggi di bawah namun tidak menutup kemungkinan yang terjadi justru sebaliknya.

Ditambahkan Yudha, sebagai penyelam, Bahari Rescue Indonesia tidak pernah berani memulai kegiatan selam di Kali Oya seperti lokasi Siluk sebelum menjajaki kedalaman air terlebih dahulu.

Terlebih, kali terbesar kedua di DIY setelah Kali Progo sangat ditentukan kondisi cuaca alam di wilayah DIY. Penyelam selalu memulai kegiatan dengan berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat untuk mengetahui cuaca di sekitar wilayah.

“Bisa saja Bantul terang benderang tapi daerah lain yang dilalui Kali Oya seperti Wonosari, Gunungkidul hujan lebat dan memungkinkan mengundang banjir kiriman. Upayakan untuk koordinasi dengan BMKG lebih dulu. Ini sangat penting diperhatikan,” imbuh Yudha lagi.

Penilaian sama juga diungkapkan Dukuh Dogongan Sriharjo Jayadi yang didampingi sejumlah tokoh masyarakat desa membenarkan Kali Oya khususnya di lokasi jembatan Siluk sebenarnya tidak seluruhnya aman untuk menggelar kegiatan untuk kelas pemula.

Sekitar Jembatan Siluk, karakteristik dasar kali di lokasi berdekatan pun sudah sangat berbeda. Menurut Jayadi, struktur dasar kali berbeda ini menentukan kedalaman kali yang berbeda, selain banyak dijumpai pusaran air dan tempuran Kali Oya dan Opak yang cukup membahayakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya