SOLOPOS.COM - Ilustrasi kosmetik. (Bisnis-Dok.)

Solopos.com, JAKARTA — Forma Brands LLC, perusahaan induk ritel produk kecantikan Morphe LLC, mengajukan kepailitan di Delaware, Amerika Serikat pada pada Kamis (12/1/2023).

Perusahaan telah membuat kesepakatan pengambilalihan aset dengan para kreditur, termasuk termasuk Jefferies dan Cerberus Capital Management.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (13/1/2023) sebagai bagian dari perjanjian, kreditur yang akan mengambil alih operasional grosir Forma, yakni platform online dan toko ritel Morphe internasional sembari menyediakan US$33 juta atau senilai Rp502,9 miliar.

Namun, pihak perusahaan menyatakan jumlah uang tersebut masih belum pasti karena tergantung pada persetujuan pengadilan.

Pengajuan kebangkrutan tersebut mengakhiri dua setengah tahun yang penuh gejolak untuk perusahaan yang berbasis di Pacoima, California yang gagal mencetak pertumbuhan pendapatan meskipun telah menjalin kesepakatan pemasaran dengan YouTuber dan influencer.

Peritel ini baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menutup semua toko ritel Morphe di Amerika Serikat (AS).

Langkah tersebut dilakukan untuk memutuskan hubungan dengan dua dari tiga influencer besarnya dan setelah menunggak pembayaran pembayaran sewa dan vendor.

Forma juga berencana untuk mengakhiri perjanjian lisensinya dengan r.e.m. beauty milik Ariana Grande. Bloomberg sebelumnya melaporkan bahwa penjualan merek tersebut mengecewakan. Menurut dokumen pengadilan, Forma memiliki liabilitas antara US$500 juta dan US$1 miliar.

Kebangkrutan Revlon

Sebelumnya, Revlon Inc. mengajukan kebangkrutan Chapter 11 ke pengadilan sebagai dampak dari ketidakmampuan mengelola beban utangnya yang berat setelah gagal memanfaatkan ledakan penjualan kosmetik yang didorong oleh influencer sosial media.

Mengutip Bloomberg, Kamis (16/6/2022), perusahaan kosmetik yang dimiliki oleh miliarder Ron Perelman ini mencari perlindungan pengadilan di Distrik Selatan New York setelah krisis rantai pasokan global dan inflasi yang tajam memperdalam tekanan pada kinerja perseroan.

Revlon tidak mampu mengimbangi saingannya L’Oreal SA dan Estee Lauder Cos. serta merek makeup dan perawatan pribadi pemula yang telah beralih ke blogger video dan influencer Instagram untuk mendorong pertumbuhan.

Dalam pengajuan pengadilannya, Revlon mencatatkan aset senilai total US$2,3 miliar pada akhir April 2022. Nilai itu berbeda dengan total utang sebesar US$3,7 miliar, yang termasuk 6,25 persen senior notes yang jatuh tempo pada 2024, menurut dokumen pengadilan tertanggal 15 Juni 2022.

Pengajuan Chapter 11 memungkinkan perusahaan untuk terus beroperasi sambil menyusun rencana untuk membayar kreditur. Kebangkrutan menutup periode yang penuh gejolak bagi perusahaan, yang menderita selama pandemi dan menghadapi penurunan penjualan selama bertahun-tahun karena selera konsumen berubah dan merek-merek pemula memakan pangsa pasarnya.

Sebagai catatan, Revlon yang berusia 90 tahun ini mulai menjual cat kuku di tengah periode Great Depression, dan kemudian menambahkan produk lipstik ke dalam koleksinya. Pada 1955, Revlon masuk ke pasar internasional.

Perusahaan induk Perelman, MacAndrews & Forbes Inc., mengambil alih Revlon dalam pengambilalihan yang sengit pada tahun 1985, mendanai kesepakatan dengan junk debt yang diajukan oleh Michael Milken.

MacAndrews & Forbes pada satu titik menggugat Revlon atas penerimaan perusahaan atas tawaran yang lebih rendah dari Forstmann Little & Co., menghasilkan keputusan pengadilan Delaware yang penting tentang tugas fidusia anggota dewan direksi.

Peristiwa ini dijuluki “Revlon Rule.” Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, terlepas dari obligasi dolar, Revlon memiliki 10 pinjaman dengan jumlah total sekitar US$2,6 miliar dan jatuh tempo dalam tiga tahun ke depan.

Beban utang perusahaan terbukti memberatkan, terutama setelah menggalang dana lebih dari US$2 miliar pinjaman dan obligasi untuk mendanai akuisisi Elizabeth Arden pada 2016.

Perusahaan juga memiliki merek termasuk Cutex dan Almay, dan pasar di lebih dari 150 negara. Dalam beberapa tahun terakhir, Revlon berjuang untuk bersaing dengan merek baru yang banyak beriklan di media sosial. Pandemi memberikan pukulan lain, dan baru-baru ini, perusahaan berjuang untuk mengatasi masalah rantai pasokan dan inflasi yang mengurangi margin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya