SOLOPOS.COM - Surat untuk Bunda Selvi Ananda karya Keitaro Al Keano

Surakarta, 19 Juli 2022

Kepada Yang Terhormat
Bunda Selvi Ananda
Di Tempat

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam sejahtera

Halo, selamat sore bunda Selvi,salam sehat. Saya mengucapkan selamat sore ya Bunda, karena saya menulis surat ini diwaktu sore hari. Bunda Selvi, saya menulis surat ini dibantu oleh mama saya, boleh ya bunda?

Bunda Selvi, perkenalkan nama saya Keitaro Al Keano, umur saya 9 tahun. Saya putra dari ayah Eko Sarwanto dan mama Dian. Sekarang saya naik kelas 3 di SD Negeri Karangasem III. Saya punya seorang adik bernama Kiyomi yang suka menyanyi, menggambar dan juga marah-marah kepada saya. Tetapi, dia suka memeluk dan mencari saya kalau saya pergi main ke rumah teman. Kiyomi sekarang sudah sekolah TK, di TK Baiturrahman Karangasem.

Oh iya Bun, sejak masuk sekolah secara langsung ber-tatap muka, teman-teman dan guru saya bertambah banyak. Saya mulai masu sekolah offline di kelas dua, waktu kelas satu kami semua sekolah dirumah. Selama satu setengah tahun kami bersekolah dirumah. Saya senang sekali bun, karena beberapa kali saya mendapat juara satu dikelas.

Itulah kegiatan dirumah dan disekolah. Lalu juga ada kegiatan TPA belajar mengaji di masjid dekat rumah, gurunya banyak dan menyenangkan. Tapi bun… disekitar rumah, saya sering sekali dibully, katanya sih itu namanya dibully. Karena saya ini gendut bun, sekarang diumur 9 tahun berat badan saya 44kg dan tinggi saya 144 cm. saya genap berumur 9 tahun pada 21 Juni kemarin, kata mama bebarengan dengan hari ulang tahun bapak Presiden kita, Bapak Jokowi. Demikianlah bun, saya gemuk tapi kata mama, saya ini cakep dan ganteng. Tapi kenapa anak-anak lebih gede dan yang kecil-kecil suka mengejek saya gendut, mengatai saya banci karena saya tidak pintar bermain bola. Juga karena saya sering disuruh mama menjaga adik saya dan juga temna-teman adik saya ketika di masjid TPA. Saya selalu menangis, kata mereka saya cengeng. Habis, kan sakit bun ya? Saya kan sering dipukuli dan ditendang juga. Tapi setelah menangis semua sakitnya bisa lupa. Kata mama saya tidak boleh membalas, saat dihina saya diamkan saja, kata mama nanti mereka akan bosan sendiri. Tapi kok mereka tidak bosan-bosan menghina ya bunda? Padahal saya sudah diam seperti kata mama. Saat diejek saya menahan untuk tidak menangis, maka mereka akan lanjut pukul atau tending saya…yah akhirnya saya menangis juga.

Ini malam hari saya lanjutkan menulis bun, tadi saya lelah kata mama saya harus menulis sendiri, jadi saya istirahat dulu. Kata mama saya boleh mengadu kepada bunda. Saat dinakali, saya tidak suka mengadu kepada mama, eh…ada adik saya atau kawannya mengadu kepada mama kalau saya menangis. Sampai dirumah mama bertanya, eh… mama malah ikutan menangis. Padahal saya kan tidak apa-apa. Saya anak lelaki, kata ayah saya harus kuat. Dulu waktu kecil, ayah juga tidak menangis saat jatuh atau dipukul teman. Kata mama, saya jangan sampai membalas, lebih baik menghindar saja. Karena kalau yang memukul itu badannya kecil, nanti kasihan saya kan badannya besar. Tidak boleh memukul balik. Sebaliknya kalau yang memukuli saya umurnya jauh lebih besar, saya juga tidak berani membalasnya.

Begitulah bun, curhat saya. Maaf ya bun, kalau panjang. Saya sudah bertanya kepada mama, bolehkan saya bicara banyak kepada bunda dan jawabannya boleh. Mama yang mengajak saya ikut curhat kepada Bunda Selvi. Sekian bunda, terimakasih bunda sudah berkenan membaca curhat saya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam hormat
Keitaro Al Keano
08xx-xxxx-xxxx
Kelas III SDN Karangasem III

Tulisan ini karya Keitaro Al Keano, peserta lomba menulis Surat untuk Bunda Selvi Gibran. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya