SOLOPOS.COM - Warga melihat proses pengolahan jerami menjadi kertas saat digelar pelatihan di Desa Jurangjero, Kecamatan Karanganom, Sabtu (10/9/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Puluhan petani di Desa Jurangjero, Kecamatan Karanganom mengikuti pelatihan pengolahan limbah rumah tangga dan pertanian. Salah satu pelatihan, yakni pengolahan limbah pertanian menjadi kertas.

Kegiatan itu digelar dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja yang menggelar kegiatan pengabdian masyarakat berkolaborasi dengan Komunitas Petani Muda Klaten dan Pemerintah Desa Jurangjero. Pelatihan yang digelar berupa pengolahan limbah rumah tangga dan pertanian menjadi pupuk kompos, pengolahan limbah plastik menjadi pot, serta pengolahan limbah jerami menjadi kertas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Guna mempraktikkan pengolahan limbah jerami menjadi kertas, dosen UGM menggandeng salah satu pelaku usaha letterpress printing asal Jogja, Anthusa Agung, 43. Letterpress printing merupakan teknik cetak relief konvesional.

Belakangan, Agung tertarik menggunakan media kertas jerami. Kertas jerami itu dia bikin sendiri berbekal ilmu yang dia peroleh dari penelusuran dunia maya.

“Sebenarnya orang dulu sudah mengenal jenis kertas ini. Kalau dulu mungkin lebih dikenal dengan kertas merang,” kata Agung di sela pelatihan, Sabtu (10/9/2022).

Baca Juga: Wow! Tanam Tembakau Kualitas Ekspor, Petani di Klaten Beromzet Rp2 Miliar

Proses pembuatan kertas jerami terhitung simpel. Jerami direbus menggunakan air dicampur NaOH (natrium hidroksida).

Setelah itu, cairan dibuang dan dibersihkan. Jerami lantas dihancurkan menggunakan blender agar menjadi bubur jerami dan kemudian dicampur air.

“Tergantung nanti hasilnya mau ketebalan berapa. Kalau mau tipis, airnya banyak. Kalau mau tebal, airnya sedikit,” kata dia.

Bubur jerami kemudian disaring dan dicetak menggunakan screen sablon dan hasil cetakan dikeringkan. Setelah mengering, kertas jerami bisa digunakan.

Baca Juga: Kabupaten Klaten Ternyata Dikenal sebagai Kota Budi Daya Bonsai sejak 1987

Agung mengatakan kertas jerami bisa digunakan untuk kartu nama serta undangan yang dicetak menggunakan teknik letterpress printing. Soal kualitas, Agung mengatakan tak bisa dibandingkan dengan jenis kertas lainnya.

“Kalau mau mencari kuatnya, jelas kekuatan ada di kertas biasa. Tetapi, itu semua tergantung mau dilihat dari sisi mana. Kertas jerami ini ada pasarnya hanya belum besar,” kata dia.

Agung mengatakan prospek pengembangan kertas jerami cukup besar. Dia mengaku pernah dihubungi seseorang dan menanyakan kesanggupannya memproduksi kertas jerami dalam jumlah besar.

Hanya, Agung belum bisa memenuhi permintaan itu lantaran saat ini dia membikin kertas jerami masih sebatas untuk senang-senang. Selain bisa diolah menjadi kertas, sampah pertanian berupa jerami bisa dimanfaatkan menjadi wadah hingga sedotan.

Baca Juga: Pasar Tani Klaten, Stan Tanaman Hias Petani Muda Diserbu Pengunjung

“Di India itu, jerami sudah diolah menjadi wadah makanan pengganti stirofoam. Kemudian menjadi pengganti sedotan plastik,” jelas dia.

Ketua pelaksana kegiatan pelatihan, Arita Dewi Nugrahini, 36, mengatakan pelatihan itu digelar sebagai rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat dari UGM.

“Ada semacam hibah dari Kemendikbudristek dan pelaksana dari UGM. Kebetulan saya sebagai pengusul hibah,” kata Arita yang juga dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Pelatihan serta pemberian fasilitas peralatan pengolahan sampah itu diberikan untuk mengurai sampah pertanian dan rumah tangga. Dia berharap dari pelatihan dan pemberian peralatan itu sampah bisa diolah menjadi barang bernilai ekonomi.

Baca Juga: Jos! Petani & Peternak Klaten Bisa Jadi Penopang Kedaulatan Pangan

Soal pengolahan jerami menjadi pupuk kompos hingga kertas, Arita mengatakan potensi jerami di Jurangjero sangat banyak lantaran berada di daerah pertanian.

Selama ini, jerami hanya dibakar di persawahan atau digiling menggunakan traktor dan dianggap bisa langsung menjadi pupuk. Pemahaman itu dinilai salah, untuk menjadi pupuk, jerami harus melalui proses fermentasi.

“Justru saat masa tanam, jerami baru masuk proses fermentasi dan tanah menjadi panas. Itu akan berpengaruh pada tanaman padi,” kata Arita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya