SOLOPOS.COM - Makam Sunan Kuning di Semarang (Instagram/@razma_razma)

Solopos.com, SEMARANG — Sunan Kuning atau Soe An Ing adalah tokoh nasionalis dari etnis Tionghoa-Jawa yang berjasa pada masa kolonialisme VOC. Dia dikenal dengan tokoh penggerak perang Geger Pecinan pada 1742 dengan mengerahkan ribuan pasukan dari dua etnis, yaitu Jawa dan Tionghoa untuk melawan Pakubuwana  II, penguasa Kerajaan Mataram Islam di Kartasura (Kraton Kartasura) yang bersekongkol dengan VOC.

Perang  Geger Pecinan itu adalah simbol kekecewaan rakyat karena pengkianatan Pakubuwana II yang justru menjadi antek-antek VOC saat itu. Hingga akhirnya dia berhasil melengserkan Pakubuwana II dan merebut takhta Kraton Kartasura dengan menjadi susuhunan dengan gelar Amangkurat V pada 1 Juli 1742.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun perlu diketahui Sunan Kuning bukan hanya dikenal sebagai sosok nasionalis, tetapi juga dikenal sebagai pendakwah yang menyebarkan agama Islam di Semarang serta kawasan pantai utara (pantura) Jawa Tengah. Oleh karena itu, dia pun diberi gelar Sunan. Nama Kuning sendiri adalah pelafalan dari nama Tionghoanya yang disesuaikan oleh lidah masyarakat Jawa, khususnya di Semarang saat itu dari Soe An Ing menjadi Kuning agar lebih mudah dikenal oleh masyarakat setempat.

Baca Juga: 6 Potensi Ini Jadi Daya Tarik Wisata di Temanggung

Dilansir dari Liputan6.com, Kamis (16/12/2021), dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kuning yang memiliki keahlihan dalam bidang pengobatan tradisional Tiongkok menyamar sebagai tabib atau sinse saat memasuki Semarang. Saat itu, Semarang masih dalam kekuasaan tentara VOC dan Sunan Kuning menjadi buronan tentara VOC atas peristiwa perang Geger Pecinan di Kraton Kartasura yang terjadi hingga Boyolali dan Salatiga.

Saat menyamar menjadi tabib, Sunan Kuning melayani banyak pasien hingga akhirnya Sunan Kuning menetap di Semarang. Dalam mengobati pasien, dia menggunakan ramuan tanaman berkhasiat untuk pasiennya. Selain memberikan obat, Sunan Kuning juga mengajarkan pasiennya untuk berzikir. Salah satu juru kunci makam Sunan Kuning yang ada di Bukit Pakayangan, Kota Semarang, Sutomo mengatakan bahwa pasien dari Sunan Kuning saat itu berasal dari komunitas etnis Tionghoa yang belum Muslim.

Dari pengobatan itu, Sunan Kuning juga menyebarkan syiar Islam dengan mengajak pasiennya masuk Islam. Karena metode itulah, Sunan Kuning masuk dalam jajaran penyebar agama Islam. Bahkan ketika dua sudah meninggal, masih banyak para peziarah yang datang ke makam mendoakan Sunan Kuning dan juga mencari wangsit.

Baca Juga: Satpol PP Banjarnegara Amankan 62 Pasangan Tak Resmi, Selama 2021

Berdasarkan buku sejarahwan Remy Syaldo dan cerita juru kunci makam lainnya yaitu Djawahir Muhamad, nama lahir Sunan Kuning yang sebenarnya belum diketahui hingga sekarang. Dalam buku yang ditulis Remy, hanya menyebut nama Cung Ling yang berarti bangsawan tertinggi dengan melihat latar belkakangnya sebagai cucu dari Amangkurat III, anak dari Pangeran Tepasana dengan nama kehormatan Raden Mas Garendi. Sementara dari para juru kunci yang ada sudah mengenal Sunan Kuning dengan sebutan tersebut.

Djawahir mengatakan, penamaan Kuning itu dikarenakan dia (Sunan Kuning) yang  saat itu sedang dalam pelarian dan saat menyamar menjadi tabib, dikenal masyarakat setempat sebagai sosok yang berkulit kuning langsat sehingga dia disebut sebagai Sunan Kuning.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya