SOLOPOS.COM - Ilustrasi air PDAM (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO -- Warga di beberapa wilayah Kota Solo ditengarai melakukan praktik ilegal demi mendapatkan air bersih dari Perumda Air Minum Toya Wening (PDAM) Solo.

Mereka memasang mesin pompa tanpa izin untuk menyedot air sebanyak-banyaknya dari pipa transmisi PDAM. Mereka tak peduli dengan potensi pembengkakan biaya maupun kemungkinan warga lain tak kebagian air bersih akibat perbuatan mereka.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi yang diperoleh Solopos.com, musim kemarau tahun ini membuat sumur-sumur milik warga Kota Solo mengering. Kondisi tersebut membuat air bersih dari Perumda Air Minum Solo menjadi satu-satunya sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sayangnya di tengah kondisi seperti ini ada sebagian pelanggan Perumda Air Minum Solo yang bertindak semau sendiri. Mereka memasang mesin pompa tanpa izin untuk menyedot air sebanyak-banyaknya dari pipa transmisi perumda.

Ekspedisi Mudik 2024

Video Panasnya Cuaca Hari Ini, Bisa Goreng Telur Tanpa Api

“Pada jam puncak gede-gedenan pompa. Yang tidak pakai pompa tak dapat air. Jadi setelah meteran dipasangi pompa. Karena banyak ruko, mereka [bersaing] geden-gedenan pompa sehingga air tidak mengalir,” ujar Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Perumda Air Minum Solo, Bayu Tunggul, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (22/10/2019).

Dia mengatakan praktik penggunaan pompa untuk menyedot air sebanyak-banyaknya dari pipa transmisi Perumda merupakan praktik ilegal. Tapi perumda kesulitan mengetahui siapa pelaku penyedotan air menggunakan pompa itu.

Pompa-pompa tersebut dipasang di bagian dalam rumah pelanggan sehingga tidak tepantau. Praktik semacam itu menurut Bayu terjadi di daerah ujung layanan air instalasi Cokro Tulung, Klaten, yaitu Joyotakan, Semanggi, Puri Gading, Joyosuran, dan sekitarnya.

“Warga berebut air dari kami karena sumur dangkal mereka asat. Selain itu dalam kondisi seperti kualitas air dari sumur dangkal mereka sangat jelek,” kata dia.

Rusuh, Pertandingan PSIM Vs Persis Solo Terhenti di Injury Time

Situasi yang sama menurut Bayu juga terjadi di Kelurahan Mojosongo, Jebres. Pelanggan PDAM Solo berebut air menggunakan mesin pompa yang dipasang tanpa izin.

Kendati berisiko pembengkakan biaya yang dikeluarkan mereka tak peduli. Mereka juga tak peduli ada pelanggan lainnya yang pasokan airnya tak mencukupi.

“Di Mojosongo sumur dalamnya tidak bagus. Jadinya pelanggan rebutan air kami. Akibatnya di beberapa tempat air kami tidak mengalir bagus. Yang dirugikan pelanggan kami yang tidak nyedot air pakai pompa. Debit air yang mengalir ke rumah mereka sangat kecil sehingga harus bersabar menampung air hingga mencukupi,” urai dia.

Kecelakaan Wonogiri: Perjuangan Ustaz Demi Kesembuhan Anak Berakhir Tragis di Jembatan Gedong

Selain pasokan air dari Cokro Tulung, Klaten, Perumda Air Minum Solo mengandalkan 21 sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga. Di samping itu ada tiga instalasi pengolahan air (IPA) dari Sungai Bengawan Solo.

Tapi operasional tiga IPA tersebut menurut Bayu tidak optimal atau tidak beroperasi penuh dalam 24 jam sehari.

“IPA tak beroperasi 24 jam. Tergantung kondisi air baku. Yang jelas ada risiko kalau kemarau begini. Statusnya belum krisis air. Tapi kami sendiri kesulitan dengan kondisi air baku dari Bengawan. Karena dalam 24 am pasti ada saat kami tidak mengolah sehingga air tak mengalir. Padahal sumur dangkal warga banyak yang asat,” urainya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya