SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Solopos.com)–Warga Dusun Gondang, Desa Pare, Kecamatan Selogiri meminta pertanggungjawaban PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri soal pembuatan sumur bor bantuan dari pemerintah senilai Rp 55 juta, yang setahun terakhir mangkrak.

Informasi yang dihimpun Espos, dana bantuan sumur bor itu diterima warga sekitar 2009 lalu. Sedianya bantuan itu hendak dilaksanakan secara swadaya oleh warga, namun kemudian diambil alih oleh DPU dan PDAM.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Alasannya, pada saat bersamaan PDAM kebetulan juga punya proyek pengeboran sumur untuk menambah debit sumur sebelumnya yang dibangun di dusun itu. Pengeboran sudah dilakukan hingga kedalaman 200 meter, meteran listrik juga sudah dipasang. Namun sebelum sumur mengeluarkan air, proyek sudah ditinggalkan.

“Sampai sekarang ya seperti itu, jadi nggak ada manfaatnya. Coba dulu dikerjakan sendiri oleh warga, dengan dana bantuan sebesar itu pasti hasilnya sudah sangat bagus dan mungkin sekarang sudah memberikan manfaat bagi masyarakat. Lha dengan diambil alih oleh DPU dan PDAM malah jadinya seperti ini. Airnya tidak keluar, malah ditinggalkan begitu saja,” kata salah satu warga, Anto, kepada Espos, Senin (19/9/2011).

Anto berharap ada pertanggungjawaban dari DPU dan PDAM. Apakah akan meneruskan proyek itu sampai selesai. Kalau tidak, Anto berharap dana bantuan bisa dikembalikan kepada masyarakat agar dikerjakan sendiri oleh kelompok masyarakat. Harapan senada disampaikan warga lain, Agung dan Dwi.

Pantauan Espos, sumur bor dibangun di tengah persawahan yang berjarak cukup dekat dengan permukiman. Sumur itu juga berdekatan dengan instalasi air milik PDAM. Bagian yang terlihat dari sumur itu hanya pipa serta lubang hasil pengeboran berdiameter kurang lebih 20 cm. Saat pipa dibuka tak ada air yang keluar karena pompanya belum dipasang.

Kepala Desa Pare, Waluyo Dwi Brasto, didampingi Kadus Gondang, Winarto, saat ditemui wartawan di kantornya, kemarin membenarkan adanya sumur mangkrak itu. Mereka juga mengatakan sumur itu belum bisa dimanfaatkan karena belum ada pompanya. Warga tidak berani memasang pompa karena status pengelolaan sumur itu belum jelas.

“Sesuai kesepakatan awal, pengelolaan sumur itu sebagian oleh PDAM dan sebagian diserahkan ke masyarakat. Tapi kan sikap PDAM tidak jelas, proyek itu ditinggalkan begitu saja. Yang ada sekarang malah warga harus menanggung biaya meteran listrik yang sudah terlanjur dipasang dengan daya 2.200 volt ampere. Setiap bulan rata-rata Rp 60.000. Padahal warga tidak mendapat manfaat sama sekali,” kata Waluyo.

(shs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya