SOLOPOS.COM - Ilustrasi ambulans. (freepik)

Solopos.com, SUKOHARJO – Para perantau atau kaum boro asal Kabupaten Sukoharjo memiliki ikatan emosional dengan kampung halaman. Saat Lebaran, mereka juga memberikan kontribusi positif demi peningkatan pembangunan dan fasilitas umum (fasum) di tanah kelahiran.

Ratusan hingga ribuan kaum boro yang mudik ke kampung halaman berimplikasi menggairahkan perekonomian di wilayah desa, termasuk di Sukoharjo. Tingkat perputaran uang di perdesaan melonjak tajam selama Lebaran. Roda perekonomian masyarakat desa yang mendapat suplai keuangan dari para pemudik membuat kondisi desa menjadi ramai dibanding hari biasa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Hal ini dipengaruhi ikatan emosional para perantau dengan kampung halaman. Mereka dilahirkan dan dibesarkan di kampung halaman. Setelah sukses mengadu nasib di daerah perantauan, mereka ingin memberikan kontribusi terhadap pengembangan potensi desa serta beragam fasum.

Di Desa Juron, Kecamatan Nguter yang menjadi kampung perantau di Sukoharjo, antusiasme para perantau untuk pembangunan desa cukup tinggi. Kedatangan para perantau berpengaruh besar pada peningkatan daya beli dan pembangunan desa dari berbagai aspek kehidupan. Mereka dapat berbagi pengalaman dan menularkan ilmu wirausaha kepada kerabat keluarga maupun tetangga rumah.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tidak hanya patungan dana untuk membangun masjid atau fasum lainnya, para perantau juga menularkan pengalaman dan ilmu wirausaha kepada masyarakat. Para perantau ingin masyarakat yang tinggal di kampung halaman juga meningkat taraf hidupnya,” kata pengurus paguyuban Perantara Selindo, Giyarno Dwi Atmojo, saat dihubungi Solopos.com, Senin (9/5/2022).

Baca juga: Keberangkatan Bus dari Terminal Sukoharjo ke Jakarta Molor 5 Jam Lebih

Para perantau asal Desa Juron mengadu nasib ke sejumlah daerah di Tanah Air. Setiap wilayah atau regional memiliki paguyuban perantau. Misalnya, Jakarta ada paguyuban Tree MG, Sulawesi ada KRJ Makasar, Jawa Barat ada Ngudi Kamulyan. Masing-masing paguyuban melebur menjadi satu wadah bernama Perantara Selindo.

Tak Pelit Kucurkan Dana

Saat pulang kampung, mereka kerap menyelenggarakan acara halal bihalal. Dana operasional berasal dari patungan para kaum boro. Para perantau tak pelit untuk mengucurkan dana segar demi memajukan tanah kelahiran. Misalnya, mengaspal jalan perdesaan dan membangun masjid. Hal ini wujud kepedulian kaum boro terhadap kampung halaman.

“Saat pandemi Covid-19 kian mengganas, kami juga menyumbang satu unit ambulans untuk mempermudah penanganan warga yang terpapar Covid-19. Warga yang hendak berobat ke rumah sakit bisa memanfaatkan ambulans,” papar dia.

Baca juga: 4 Tim Sidak Hari Pertama ASN Sukoharjo Masuk Kerja, Hasilnya?

Selama ini, jarak rumah penduduk di Desa Juron dengan rumah sakit cukup jauh. Warga setempat kerap kebingungan saat anggota keluarganya yang sakit harus berobat ke rumah sakit. Kini, mereka tak perlu bingung saat harus berobat ke rumah sakit lantaran sudah ada ambulans yang dikelola oleh pemerintah desa.

Kepala Desa Juron, Sarbini Sigit Budiyanto, menyatakan kekompakan para perantau untuk pengembangan potensi desa tak perlu diragukan lagi. Selama bertahun-tahun, mereka selalu memberikan kontribusi positif dengan membangun berbagai fasum yang dimanfaatkan warga setempat. Bahkan, pengembangan destinasi wisata baru yakni Embung Sendang Sumurup merupakan andil besar paguyuban perantau.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya