SOLOPOS.COM - Pendopo, Ndalem Ageng, Pringgitan di Puro Mangkunegaran, Jl Ronggowarsito No 83, Kelurahan Keprabon, Banjarsari, Solo, Senin (29/3/2021). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Memasuki bulan Februari 2022 atau lebih dari enam bulan sejak wafatnya Mangkunagoro IX, 13 Agustus 2021 lalu, belum juga ada kejelasan ihwal suksesi kepemimpinan di Pura Mangkunegaran Solo.

Keluarga inti Mangkunegaran belum memutuskan siapa yang akan menjadi Mangkunagoro X. Dimintai tanggapannya mengenai hal itu, pemerhati budaya Solo, Tundjung W Sutirto, menyebut yang paling mengerti penyebabnya adalah keluarga inti Mangkunagoro IX.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Apa sebab belum adanya Adipati penerus setelah mangkatnya Mangkunegoro IX tentu detail penyebabnya yang paling mengerti adalah keluarga inti. Dugaan saya banyak pertimbangan yang berpengaruh,” ujarnya kepada Solopos.com, Jumat (4/2/2022).

Baca Juga: Tanpa Ini, Pemimpin Baru Mangkunegaran Solo Tidak akan Punya Otoritas

Tundjung lantas bercerita adanya kepercayaan masyarakat tentang Wahyu Keprabon dari kaca mata spiritual. Hadirnya kekuasaan di lingkungan Keraton Solo maupun Pura Mangkunegaran pada diri seseorang tak lepas dari itu.

“Kalau dalam konteks spiritual hadirnya kekuasaan di lingkungan Keraton maupun Pura Mangkunegaran pada diri seseorang untuk jumeneng sebagai Adipati masih dipercayai adanya Wahyu Keprabon,” urainya.

Belum adanya keputusan siapa pemimpin baru Pura Mangkunegaran, Tundjung menyebut bisa jadi karena wahyu keprabon itu belum turun. “Masyarakat budaya mempercayai wahyu keprabon belum hadir di Pura [Mangkunegaran],” terangnya.

Baca Juga: Suksesi Mangkunegaran Solo, Paundrakarna Sebut Bhre Boneka Ibunya

Kharisma

Tundjung mengakui konsep wahyu keprabon tidak ada dalam logika masyarakat modern. Tetapi keyakinan terhadap wahyu keprabon dalam naiknya seseorang menjadi raja atau jumeneng, kental di diri masyarakat budaya termasuk Pura Mangkunegaran Solo.

“Di lingkungan pendukung kebudayaan Keraton hal itu masih dipercayai. Ukurannya adalah kharisma seseorang yang mendapat wahyu keprabon itu salah satunya yakni akan tampak dari sikapnya yang rendah hati,” paparnya.

Selain itu, lanjut Tundjung, orang yang mendapat wahyu keprabon akan didengar dan diikuti tutur katanya oleh orang lain. “Didengar dan diikuti tutur katanya, dicintai dan dihormati oleh sesamanya,” sambungnya.

Baca Juga: Pemerhati Budaya: Suksesi Mangkunegaran Solo Sebaiknya Jangan Lama-Lama

Tundjung menyarankan kepada para sosok calon penerus kepemimpinan di Pura Mangkunegaran untuk mencari sendiri aspirasi dan inspirasi sesuai konteks zaman. Selain itu yang paling utama menurutnya adalah menangkap restu leluhur.

Seperti diketahui ada tiga nama yang disebut-sebut layak menggantikan Mangkunagoro IX memimpin Pura Mangkunegaran Solo. Mereka yakni GPH Paundrakarna, GPH Bhre Cakrahutomo, dan KRMH Roy Rahajasa Yamin. Pada pertengahan Januari lalu, mencuat kabar calon Mangkunagoro X mengerucut ke nama Bhre.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya