SOLOPOS.COM - Rumah burung hantu (rubuha) berdiri di lahan pertanian Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Senin (17/1/2022). Tyto alba menjadi penyelamat petani Gledeg dari serangan tikus. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Para petani pengembang rumah burung hantu (rubuha) di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Klaten, beberapa tahun terakhir kebanjiran pesanan.

Tyto alba atau serak Jawa merupakan salah jenis burung hantu. Burung itu menjadi predator alami tikus yang kerap menyerang sawah petani terutama saat musim hujan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petani Desa Gledeg membuktikan efektivitas pengembangbiakan Tyto alba melalui rubuha yang dipasang di tengah sawah untuk mengendalikan populasi tikus. Pengembangan rubuha serta pemanfaatan Tyto alba guna mengendalikan tikus di sawah sudah dilakukan petani Gledek sejak 2012 lalu dari hasil belajar ke ahli Tyto alba di Demak. Setelah berulang kali mencoba dan berinovasi, mereka menemukan model rubuha yang bisa dijadikan sarang Tyto alba.

Baca Juga: Bantu Petani Gledeg Klaten, Tyto Alba Bunuh 30 Tikus dalam Semalam

Kini ada 60 rubuha yang tersebar di lahan pertanian Desa Gledeg seluas 60 hektare (ha). Pendirian rubuha itu dilakukan tim Tyto alba Desa Gledeg. Tak hanya untuk desa, tim tersebut juga mendapatkan pesanan pendirian rubuha di desa lain.

Kadus 1 Desa Gledeg, Agus Sri Haryana, mengatakan pesanan pembuatan rubuha datang dari kelompok tani, pemerintah desa, hingga mahasiswa. “Sejak 2017 sampai sekarang tim menerima pesanan membuat rubuha. Jadi dibuatkan tim sudah komplet mulai dari tiangnya [cor beton] hingga tempat untuk bersarang. Pemesan tinggal menunjukkan letak rubuha akan dipasang,” kata Agus saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (17/1/2022).

Agus mengatakan tim Tyto alba Gledeg menemukan model rubuha buatan mereka setelah berulang kali mencoba dan belajar dari berbagai literatur. Rubuha dibuat menggunakan material glass reinforced concrete (GRC) berukuran 60 sentimeter x 60 sentimeter. Bagian dalam sarang berukuran 60 sentimeter x 40 sentimeter dengan sisa ruang sebagai teras sarang.

Baca Juga: Berkat Tyto Alba, Petani Gledeg Klaten Tak Lagi Pusing Serangan Tikus

Syarat sarang Tyto alba salah satunya redup atau gelap. Sementara, tiang yang dibangun untuk meletakkan rubuha itu dibuat dari material cor setinggi 4-5 meter. “Tyto alba biasanya datang sendiri. Mencari sarang yang nyaman buat mereka,” kata Agus.

Faktor yang memengaruhi Tyto alba mau bersarang tak hanya dipengaruhi oleh model, ukuran, serta material rubuha yang didirikan. Tak ada gangguan pada sekitar burung termasuk para pemburu hingga posisi pintu rubuha menghadap turut berperan membikin burung tersebut untuk bersarang.

“Posisi sarangnya juga menentukan. Jangan sampai posisi pintu menghadap ke barat dan timur [menantang sinar matahari] karena membuat suasana di dalam sarang terang dan Tyto alba tidak betah. Posisi pintunya dibuat menghadap ke selatan atau utara,” kata dia.

Baca Juga: Ogah Jebakan Listrik, Sukoharjo Pilih Tyto Alba untuk Basmi Hama Tikus

Agus mengatakan Tyto alba di wilayah Gledeg hingga kini terus dilestarikan. Burung tersebut hidup berdampingan dengan petani dan membantu petani mengendalikan serangan tikus di lahan pertanian. Untuk melindungi keberadaan Tyto alba, pemerintah desa setempat juga memiliki peraturan desa (perdes) yang mengatur terkait larangan perburuan satwa liar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya