Solopos.com, WONOGIRI -- Sukarelawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Wonogiri selalu menerapkan protokol kesehatan saat melakukan evakuasi bencana selama pandemi Covid-19.
Telah diketahui, Kabupaten Wonogiri masuk zona merah dalam bencana alam. Hampir semua jenis bencana berpotensi terjadi di Wonogiri. Mulai dari tanah longsor, banjir, angin topan, pohon tumbang hingga tsunami. Hanya gunung meletus yang tidak berpotensi terjadi di Wonogiri.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Jadi Lokasi Karantina, Ternyata Pernah Ada Sosok Buto Ijo di Benteng Vastenburg Solo
Belum lama ini, tepatnya pada 19 November 2020, terjadi hujan deras di wilayah Wonogiri. Sehingga mengakibatkan pohon tumbang di beberapa lokasi, khususnya di wilayah perkotaan Wonogiri.
Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan selama bertugas melakukan evakuasi bencana para sukarelawan harus menerapkan protokol kesehatan. Terlebih fenomena La Nina diprediksi terjadi hingga Januari 2021. Begitu juga saat sukarelawan melalukan sosialisasi mitigasi bencana di masyarakat.
Sebagai keseriusan BPBD Wonogiri menerapkan protokol kesehatan, kata Bambang, diawali saat menggelar acara apel siaga bencana secara virtual pada bulan lalu. "Saat itu apel diikuti sekitar 300 peserta secara virtual. Tanpa mengumpulkan masa demi menghindari kerumunan, apel tetap bisa dilaksanakan," kata dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu(2/12/2020).
Pohon Tumbang
Bambang mencontohkan penerapan protokol kesehatan saat terjadi bencana pohon tumbang. Saat memotong pohon tumbang dianjurkan tidak terlalu panjang. Pohon bisa diangkut maksimal empat orang. Sehingga tidak berkerumun bisa menjaga jarak.
"Kalau masker sejak awal sudah pakai saat mengevakuasi pohon tumbang. Karena bisa juga untuk menghindari debu saat menggergaji atau memotong pohon. Jadi melindungi pernapasan," ungkap dia.
Pemkab Karanganyar Salurkan Hibah Peternak Rp13,9 Miliar, Bupati Ingatkan Jangan Disalahgunakan
Bambang mengatakan, saat bertugas sukarelawan tidak hanya melakukan evakuasi. Namun juga melakukan upaya edukasi kepada masyarakat agar protokol kesehatan selalu diterapkan. Memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak harus selalu dilakukan.
"Selama pandemi upaya mitigasi terus kami lakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika tidak ada mitigasi atau tidak keluar justru berakibat fatal. Kuncinya penerapan protokol kesehatan," kata Bambang.