SOLOPOS.COM - Dubber dan penerjemah film asal Jakarta Agus Nurhasan (kiri), Hana Bahagiana (tengah), dan Dian Roos (kanan) saat mengisi Bincang Spesial di Radio Solopos FM, Selasa (26/11/2019). (Istimewa-Dokumentasi Solopos FM)

Solopos.com, SOLO -- Pencinta film kartun pasti tahu dengan kisah Doraemon. Cerita tentang robot masa depan asal Jepang yang mempunyai kantong ajaib itu mewarnai pertelevisian Indonesia sejak era '90an sampai sekarang.

Kesuksesan Doraemon disusul beberapa judul lain yang juga booming seperti Naruto, Nija Hattori, Hachi, dan masih banyak lagi. Dibalik kepopuleran deretan hiburan anak-anak tersebut ada peran pengisi suara (dubber) dan penerjemah bahasa yang bekerja keras agar dialognya bisa dimengerti penonton.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka di antaranya Agus Nurhasan (dubber Suneo 2006 - 2008, dan Pria Bertopi Kuning di Curious Georgei), Hana Bahagiana (dubber Naruto, dan Luffy di One Piece), serta Dian Roos (penerjemah Doraemon dan Naruto). Ketiganya menceritakan suka duka menjadi dubber saat mengisi acara Bincang Spesial di Radio Solopos FM, Selasa (26/11/2019).

Agus Nurhasan mengatakan salah satu kunci menjadi seorang dubber adalah percaya diri. Ia menegaskan dubber tak harus punya suara bagus. Mengingat hampir semua film pasti butuh berbagai jenis suara mulai yang jelek hingga nyaring.

“Pengalaman pertama saya menjadi dubber hanya suara numpang di film Satria Baja Hitam di tahun 90an,” kata dia.

Setelah Agus semakin tertarik menjadi pengisi suara. Perjalanan kariernya lalu benar-benar dimulai pada 1993. Sejumlah judul kartun, film, hingga telenovela pernah ia garap. Tak ada yang paling istimewa, menurutnya semua menyenangkan.

Agus menilai jadi dubber susah-susah gampang. Layaknya seorang artis, ia juga harus piawai berakting. Emosinya juga ikut naik turun seperti dalam film yang dia isi. Belum lagi harus menyamakan gerak pemain dengan suaranya.

“Harus main imajinasi sendiri ketika melihat adegannya seperti apa,” kata dia.

Hana yang juga mengawali karier sebagai dubber sejak era 1990an ini juga mengatakan hal sama. Seorang pengisi suara juga harus memahami film dengan menyamakan emosi.Sehingga hal penting yang harus dilakukan kalipertama bukannya menghafal dialog, tetapi melihat setiap adegan dalam film.

Lebih lanjut, Hana mengatakan hal yang perlu dilakukan para pemula adalah latihan mengeksplorasi suara. Dari situ mereka bisa menyesuaikan mana yang pas dan tidak dengan karakter tokoh.

“Yang penting explore suara. Semua dipakai kok. Enggak harus bagus banget. Bahkan butuh juga suara yang hancur banget,” kelakarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya