SOLOPOS.COM - Sujamto (berdiri, kanan) bersama Hong Widodo (berdiri, kedua dari kanan) dan Franz Setiabudi (duduk, kanan) saat membela Persis Solo di era perserikatan medio 1968/1969. (Istimewa/repro)

Solopos.com, SOLO — Keluarga besar Persis Solo terkejut ketika mendengar kabar duka bahwa salah satu legenda, Sujamto, berpulang. Sujamto mengembuskan napas terakhir karena sakit di Semarang, Minggu (21/6/2020) malam.

Dia dimakamkan di Tempat Permakaman Umum (TPU) Pracimaloyo, Senin (22/6/2020), tepat saat usianya 75 tahun. “Kaget sekali karena kabarnya mendadak. Tadi hanya saya dan Pak Hari [Hari Purnomo, Manajer Persis] yang hadir dari orang Persis,” ujar legenda Persis Solo, Franz Setiabudi, saat dihubungi Solopos.com, Selasa malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gelagat Kecurangan PPDB Online Jateng, Banyak Data Calon Siswa Palsu

Sujamto meninggal dunia dengan meninggalkan segudang kenangan bagi Persis Solo maupun suporter. Namanya memang tak terlalu banyak disebut saat prestasi Persis Solo timbul tenggelam setelah sempat berjaya di era perserikatan. Tujuh trofi sukses masuk lemari Persis pada medio tahun 1935-1943.

Ekspedisi Mudik 2024

Setelah itu nama Laskar Sambernyawa hampir tidak menggema sampai mereka sukses menjuarai perserikatan zona Jawa Tengah musim 1968/1969. Persis pun lolos hingga babak delapan besar Divisi Utama dan bertemu tim papan atas seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta.

Sudah Saling Teror di Whatsapp, Ini Pemicu Kelompok John Kei Serang Nus Kei

Nama-nama seperti Hong Widodo, Djumadi hingga Franz Setiabudi menjadi beberapa pilar penting Persis saat itu. Di balik para bintang tersebut, para awak Persis Solo mengenal satu sosok bernama Sujamto yang tak banyak disorot. Karena itu, saat Sujamto meninggal dunia, legenda Persis Solo lainnya benar-benar berduka.

Pemain yang berposisi sebagai bek kiri ini tak kalah andil dengan prestasi tim. Franz mengenal Sujamto pribadi yang hangat. Tak hanya di lapangan hijau, hubungan keduanya juga terjalin baik di luar lapangan ketika membela Persis medio akhir 1960-an hingga awal 1970-an.

Reisa: Boleh ke Mal, Tapi Jangan Bawa Ibu Hamil dan Anak

“Dulu dia punya panggilan Gandung,” ujarnya.

Bek Tangguh

Sebagai pemain, Franz menyebut rekannya itu sebagai bek kiri tanpa kompromi. Jauh sebelum berpulang, Sujamto dikenal sebagai pemain belakang Persis Solo yang sulit dilewati.

Terungkap! Ini Identitas Pelaku Penyerangan Wakapolres Karanganyar

“Sangat ulet, terkenal susah dilewati,” ujar Wewek, sapaan akrab Franz. Posisi Franz sebagai winger kiri juga membuatnya sering berkolaborasi dengan Sujamto untuk membangun serangan.

Franz mengaku sudah jarang berkomunikasi dengan Sujamto selepas rekannya itu pindah ke Semarang. Kali terakhir kedua legenda Persis Solo itu bersua saat adik Sujamto punya hajat di sebuah hotel di Solo, Januari 2020, beberapa bulan sebelum Sujamto meninggal dunia. “Saat itu dia sepertinya sudah pikun, kabarnya punya penyakit gula juga. Tapi saya kurang tahu dia sakit apa belakangan ini,” tutur lelaki 74 tahun tersebut.

Klaster Hajatan Mengganas, Semarang Malah Longgarkan Aturan Resepsi Pernikahan

Sujamto dimakamkan di Kota Bengawan yang notabene tempat kelahirannya. Banyak keluarga Sujamto yang masih tinggal di Solo meski almarhum sudah lama tinggal di Semarang. Manajer Persis, Hari Purnomo, mengatakan keluarga besar Persis Solo berbelasungkawa atas kepergian sang legenda Sujamto.

“Semoga sosok Sujamto dapat menjadi inspirasi bagi pemain Persis saat ini untuk berprestasi,” ujar Hari yang mengaku pernah melihat permainan Sujamto dkk. saat masih duduk di bangku SMP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya