SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus corona. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Studi terbaru yang dipublikasikan di International Journal of Infectious Diseases menemukan bukti bahwa 13 persen dari mereka yang di tes positif Covid-19, masih memiliki virus yang aktif dan mungkin menular selama lebih dari 10 hari. Dengan adanya temuan ini menimbulkan pertanyaan apakah memperpendek masa isolasi merupakan pilihan yang salah?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) misalnya, saat ini merekomendasikan orang yang dites positif Covid-19 harus tetap melakukan isolasi selama 5 hari, yang diikuti dengan 5 hari menggunakan masker saat berada di sekitar orang lain. Hal yang sama juga berlaku untuk karantina.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dilansir dari Medical News Today, Kamis (20/1/2022), ada beberapa individu, para peneliti menemukan tingkat virus SARS-CoV-2 yang signifikan secara klinis selama 68 hari.  Para peneliti dari University of Exeter di Inggris secara retroaktif memeriksa RNA subgenomik (sgRNA) dan urutan genom gen E pada 176 orang yang telah menerima hasil tes PCR positif.

Baca Juga: Bisakah Terinfeksi Dua Varian Covid-19 Sekaligus? Ini Penjelasannya

Penulis senior studi tersebut sekaligus profesor molekuler Exeter Lorna Harries menjelaskan, ketika SARS-CoV-2 tumbuh secara aktif, bagian dari urutan RNA yang biasanya tidak ditemukan berdekatan, kini berdekatan dan menyatu.

“Ini adalah sgRNA, singkatan dari RNA subgenomik. Mengukur ini memungkinkan kami untuk mendapatkan ukuran apakah virus yang terdeteksi dapat aktif dan berpotensi menular atau tidak,” kata Harries seperti dikutip dari Bisnis.com pada Kamis (20/1/2022).

Meskipun para peneliti percaya bahwa sgRNA dapat menjadi tanda apakah virus corona tersebut secara aktif bereplikasi, namun tidak semua orang setuju dengan hal ini. Salah satunya, asisten profesor dari Johns Hopkins Amesh Ashok Adalja. Menurutnya, tidak jelas apakah keberadaan sgRNA merupakan indikasi penularan. Di sisi lain, CDC menegaskan bahwa rekomendasi masa isolasi bagi pasien positif Covid-19 yang mereka buat didukung oleh bukti-bukti yang kuat.

“Perubahan ini dimotivasi oleh studi yang menunjukkan bahwa sebagian besar penularan SARS-CoV-2 terjadi di awal penularan penyakit, umumnya dalam 1 hingga 2 hari sebelum timbulnya gejala dan 2 hingga 3 hari setelahnya,” ungkap mereka.

Baca Juga: Orang Tanpa Gejala Covid-19 Tidak Menularkan Virus Corona, Benarkah?

Menurut Adalja, adanya studi baru tidak berarti CDC membuat kesalahan, karena tujuannya adalah untuk memberikan panduan yang benar-benar dapat diikuti orang-orang. Dia juga mencatat bahwa ada data lama dari investigasi kontak kasus yang menggambarkan bahwa penularan menjadi sangat langka 5 hari setelah timbulnya gejala.

Sementara itu, Harries tidak setuju dan mengatakan bahwa dirinya tidak nyaman dengan perubahan isolasi selama 5 hari, berdasarkan data mereka dan data orang lain. “Memutuskan durasi isolasi jelas merupakan keseimbangan antara mencegah penularan dan menjaga masyarakat tetap terbuka,” katanya.

Baca Juga: Seberapa Penting Vitamin D untuk Pencegahan Covid-19? Ini Penjelasannya

“Tetapi data kami menunjukkan bahwa tiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda, dalam hal menularkan,” tambahnya.

Varian baru dari SARS-CoV-2 juga tidak lepas dari perhatiannya. Menurutnya, karena varian Delta dan Omicron jauh lebih menular, jumlah virus yang perlu ditransfer untuk menginfeksi orang lain mungkin lebih rendah, sehingga aka nada lebih banyak orang yang jatuh di atas ambang batas relevansi klinis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya