SOLOPOS.COM - (thinkstock)

(thinkstock)

Jakarta (Solopos.com)--Pantangan yang harus dihindari pengidap diabetes bukan hanya gula dan makanan yang manis-manis, tetapi juga stres. Penelitian membuktikan, pengidap diabetes yang stres punya risiko tinggi untuk mengalami kerusakan serius pada mata.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kerusakan serius yang bisa menyerang pengidap diabetes ketika stres tersebut terjadi pada retina, sehingga disebut diabetic retinophaty. Kebanyakan bersifat permanen, sehingga diabetic retinophaty juga menjadi penyebab kebutaan paling banyak di kelompok usia 25-74 tahun.

Selama ini, risiko diabetic retinophaty lebih sering dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat termasuk kurang olahraga, sering merokok dan mengalami obesitas. Ketiganya memicu diabetes tipe 2, sehingga kadar gula darah tidak terkontrol dan bisa memicu kerusakan retina.

Baru-baru ini, Wayne Katon MD dari University of Washington Medical School mengungkap bahwa depresi turut meningkatkan risiko diabetic retinophaty. Makin tinggi level stres yang dialami pengidap diabetes, makin besar risiko kerusakan pada retina.

Dalam penelitiannya, Katon mengamati 2.359 pasien diabetes yang menjadi partisipan dalam Pathways Epidemiologic Study. Level stres pada partisipan diukur dengna Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9), semacam kuesioner untuk mendeteksi adanya gejala depresi.

Setelah diamati selama 5 tahun, diabetic retinophaty menjangkiti 22,9 persen pasien dengan skor PHQ-9 tinggi atau dikategorikan depresi berat. Jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan pasien yang tidak mengalami depresi, yakni hanya sekitar 19,7 persen.

Hasil analisis menunjukkan, makin tinggi kadar stres seorang pengidap diabetes maka risiko untuk mengalami diabetic retinophaty makin besar. Setiap peningkatan skor PHQ-9 sebanyak 5 poin, risiko kerusakan retina meningkat sekitar 15 persen.

“Temuan ini menunjukkan bahwa perubahan psikobiologi yang berhubungan dengan depresi dapat meningkatkan kadar kortisol dan aktivitas senyawa-senyawa pemicu penggumpalan darah. Ini semua berhubungan dengan diabetic retinophaty,” ungkap Katon seperti dikutip dari Bmedreport, Senin (1/8/2011).

Pupblikasi hasil penelitian ini telah dimuat dalam jurnal General Hospital Psychiatry edisi terbaru.

(detik.com/tiw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya