SOLOPOS.COM - Dokumentasi Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati (Espos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati akan berkirim surat dan konsultasi ke Gubernur Jawa Tengah untuk mencari solusi terbaik atas melonjaknya harga kedelai impor yang hampir mencapai Rp11.000/kg.

Bupati menyampaikan Sragen tidak memiliki cadangan kedelai lokasl untuk tiga bulan ke depan karena petani diperkirakan mulai tanam pada pertengahan Juni ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Yuni, sapaan akrabnya, langsung memanggil Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan & KP) Sragen Eka Rini Mumpuni Titi Lestari begitu mendengar harga kedelai impor mahal. Yuni menanyakan tentang stok kedelai lokal.

Baca Juga: Bupati Tegal Masuk RSUD, Terkonfirmasi Positif Covid-19

Eka Rini menjelaskan Sragen tidak ada petani yang panen kedelai karena petani baru mulai tanam pada pertengahan Juni hingga 25 Juni mendatang. Hasil tanam petani itu, ujar dia, baru bisa dipanen setelah tiga bulan ke depan.

“Ya, sekarang kedelai di Sragen tidak ada, terutama kedelai lokal. Kebutuhan selama ini dipenuhi dari kedelai impor. Kami sudah menyisir daerah di Jawa Tengah dan memang tidak banyak barangnya, kalau pun ada hanya untuk kebutuhan bibit, yakni seperti di wilayah Brebes, Demak, dan Blora. Hasil panen kedelai di Blora pun masih relatif sedikit,” ujar Eka.

Eka melanjutkan Distan & KP berusaha berkomunikasi dengan pengrajin tahu-tempe di Sragen. Dia berencana menghubungkan para pengrajin tahu-tempe itu dengan kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Saat musim panen kedelai nanti, ujar dia, kedelai lokal Sragen bisa digunakan para pengrajin tahu-tempe, sehingga kedelai Sragen tidak keluar Sragen.

Setelah mendapatkan jawaban dari Eka, Bupati menyimpulkan Sragen tidak ada stok kedelai lokal untuk tiga bulan ke depan. Yuni menyampaikan Pemkab  belum melakukan tindakan terkait dengan harga kedelai yang tinggi. Dia mengatakan karena tidak ada stok kedelai lokal maka pengrajin tetap menggunakan kedelai impor yang harganya tinggi itu.

Permintaan para pengrajin tahu tenetang adanya subsidi harga, ujar Yuni, akan diupayakan. Yuni mengatakan permintaan subsidi harga kedelai itu berarti subsidi nasional. “Kami akan usulkan ke Gubernur dulu karena kenaikan kedelai impor itu tidak hanya terjadi di Sragen tetapi di semua wilayah daerah. Barang kalai ke depan perlu ada sistem di Sragen agar petani mau menanam kedelai,” ujarnya.

Yuni berencana berkirim surat ke Gubernur untuk meminta petunjuk terkait harga kedelai yang tinggi itu yang berakibat pada banyaknya pengrajin tahu yang mogok produksi karena kesulitan bahan baku. Dia berharap ada solusi untuk mereka.

Baca Juga: Harga Kedelai Tinggi, Punya Solusi Tapi Tak Berwenang Beraksi

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen sudah berdialog dengan para pengrajin tahun di Teguhan, Sragen Wetan, Sragen. Kabid Pembinaan dan Pengembangan Disperindag Sragen Muh. Farid Wajdi menyampaikan sampai sekarang belum ada progres tentang adanya harga kedelai impor yang melejit.

“Hasil koordinasi kami dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, dinas mau mencarikan kedelai lokal di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya yang sudah panen sebagai pengganti kedelai impor,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya