SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Menipisnya sumber air di Sleman dirasakan masyarakat di Kecamatan Seyegan. Meski tidak terlalu signifikan, namun dibandingkan 20 tahun lalu, warga mengaku kini harus membuat sumur lebih dalam, bahkan mencapai 20 meter untuk mendapatkan air. Setiap musim kemarau tiba, sumur tersebut harus dikeruk minimal satu sampai dua meter untuk mendapatkan air.

“Desa Margoagung Seyegan sumurnya mencapai 20 meter, dilakukan pengerukan saat musim kemarau. Kalau musim hujan sekarang ini keluar airnya,” kata salah satu staf Kecamatan Seyegan, Sukismo kepada Harian Jogja, Senin (12/12).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia mengatakan, sekitar tahun 1990 kedalaman sumur di daerah tersebut hanya delapan sampai 10 meter saja. Semakin bertambahnya tahun, kedalaman sumur juga ikut bertambah hingga sekarang mencapai 20 meter.

Sukismo menduga hal tersebut terjadi karena banyak pohon resapan air yang ditebang. Hancurnya wilayah konservasi lereng Merapi juga menjadi penyebab stok air semakin menipis. “Penyebabnya hulu airnya menipis karena pohon sudah banyak yang hilang,” imbuhnya.

Selain faktor resapan air, jumlah sumur yang ada pun terus bertambah sehingga air tanah terbagi. Untuk membuat sumur pun tidak murah, rata-rata satu sumur butuh uang sekitar Rp5 juta. Tergantung kedalaman sumur.

Krisis air di Seyegan ini tidak semua wilayah. Kawasan di pinggir selokan mataram lebih mudah mendapatkan air bersih. Yakni dengan cara membuat sumur di sekitar Selokan Mataram sebagai alat penyaring.(Harian Jogja/Akhirul Anwar)         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya