SOLOPOS.COM - Seorang anak berangkat sekolah dengan latar belakang Gunung Semeru di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Provinis Jawa Timur, Selasa (14/12/2021). (Antara/Budi Candra Setya/hp.)

Solopos.com, JAKARTA — Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, menjadi level III atau Siaga.

Badan Geologi mengeluarkan surat No.484/GL.5/BGL/2021 tanggal 16 Desember 2021 tentang Kenaikan Tingkat Aktivitas Gunung Semeru di Jawa Timur dari Level II atau Waspada menjadi Level III atau Siaga. Surat tersebut ditandatangani Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Tingkat aktivitas Gunung Semeru dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga terhitung mulai 16 Desember 2021 pukul 23.00 WIB,” kata Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, dalam keterangannya di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (17/12/2021).

Baca Juga : Viral! Aksi Pria Kaus Merah Bunuh Anjing, Pelatih PSS Sleman Bereaksi

Eko menjelaskan kenaikan status itu mengingat aktivitas Gunung Semeru masih tinggi. Selain itu jarak luncur awan panas guguran (APG) dan aliran lava meningkat.

Pada surat yang beredar itu disebutkan tiga luncuran awan panas pada Kamis (16/12/2021). Dimulai pukul 09.01 WIB sejauh 4,5 kilometer (Km) dari puncak. Kejadian awan panas itu terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 25 milimeter (mm) dan durasi 912 detik.

Kedua, luncuran awan panas pada pukul 09.30 WIB. Kejadian awan panas itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi 395 detik.

Baca Juga : Jokowi Resmikan Bandara Ngloram di Blora, Intip Fasilitasnya…

Ketiga, luncuran awan panas pada pukul 15.42 WIB sejauh 4,5 Km dari puncak. Kejadain awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 400 detik.

Selain itu, Badan Geologi juga mencatat kegempaan didominasi gempa letusan, hembusan, dan guguran. Jumlah gempa guguran meningkat dalam 3 hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata 8 kejadian per hari sejak 1 Desember.

Peringatan untuk Masyarakat

Dia mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara atau sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak gunung. Di luar jarak tersebut, lanjutnya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan.

Baca Juga : Biodata Ustaz Yusuf Mansur, Dulu Pernah Dipenjara Kini Tajir Melintir

Eko menyebut wilayah tersebut berpotensi terdampak apabila terjadi perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak gunung. “Selain itu, masyarakat juga tidak boleh memasuki dan tidak boleh beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru. Rawan terhadap bahaya lontaran batu [pijar],” tutur Eko.

Eko juga menjelaskan aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi karena terdapat endapan aliran lava sepanjang dua kilometer dari pusat erupsi. Aliran lava itu masih belum stabil dan berpotensi longsor, terutama pada bagian ujung aliran sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.

“Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Semeru,” terang Eko.

Baca Juga : Kisah Tragis Roro Oyi, Ditaksir Lalu Dibunuh Pangeran Tejoningrat

Pernyataan Eko tersebut didukung data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memperkirakan musim hujan masih akan berlangsung selama 3 bulan ke depan.

Badan Geologi juga menyebut secondary explosion juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas yang terjadi itu masuk atau kontak dengan air sungai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya