SOLOPOS.COM - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X (tiga kanan) didampingi Uskup Agung Semarang, Mgr Rubyatmoko mendatangi rumah sakit Panti Rapih pada Minggu (11/2) untuk menjenguk korban penyerangan di gereja St. Lidwina, Bedog, Gamping, Sleman, Minggu (11/2/2018). (Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Baik mayoritas maupun minoritas akan mendapatkan perlindungan saat menjalankan ibadah

Harianjogja.com, JOGJA-Gubernur DIY Sri Sultan HB X merasa sedih dan prihatin atas peristiwa penyerangan Gereja St Lidwina, Bedog, Sleman oleh seorang pemuda bersenjatakan pedang. Ke depan hal yang sama tidak boleh terulang kembali. Dirinya juga menjamin semua umat beragama, baik mayoritas maupun minoritas akan mendapatkan perlindungan saat menjalankan ibadah.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Sri Sultan HB X mengaku tidak bisa memahami kenapa ada orang yang tega melakukan kekerasan terhadap orang yang sedang menjalani ibadah. Perbuatan itu dinilai sebagai perilaku keji dan minus rasa kemanusiaan.

“Saya sangat sedih dan menyesali kenapa kejadian itu bisa terjadi? Bagi saya peristiwa ini tidak boleh terjadi lagi. Kenapa ada kekerasan yang dilakukan saat orang sedang beribadah? Jelas itu bukan karakter kita,” ucapnya seusai menjenguk korban di Rumah Sakit Panti Rapih, Minggu (11/2/2018).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mengaku tak tahu pasti kenapa akhir-akhir ini peristiwa intoleran kerap terjadi di Bumi Mataram. Namun, menurutnya, toleransi harus dilandasi oleh kesadaran bersama. Jika kesadaran hanya dimiliki salah satu pihak, maka toleransi tidak akan terwujud. Kesadaran yang dimaksudkan di sini adalah kesadaran rasa, yang melandasi beragam perilaku. Jika tindakan dilandasi oleh pikiran dan niat, Sri Sultan HB X, menyatakan akhirnya orang akan melakukan tindakan seperti yang ia mau, bukan apa yang perlu dan dibutuhkan.

Jika orang yang mengandalkan rasa, maka saat ia tidak ingin diinjak, dirinya tidak akan menginjak orang lain. Tapi orang yang hanya mengandalkan pikiran semata justru akan menginjak orang lain saat dirinya tidak ingin diinjak.

“Jadi harapan saya Jogja [DIY] ini gotong royong, kerja sama dan harmoni jadi sesuatu yang sampai saat ini masih dijaga. Harapan saya toleransi bisa dijaga. Orang Jogja [DIY] kan ngomongnya opo sing dirasakke, ora sing dipikirke. Karena yang dipikirkan bisa bohong,” jelasnya.

Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu berkomitmen memberikan jaminan perlindungan kepada semua umat beragama tanpa terkecuali, agar semua pihak bisa menjalankan kepercayaan yang diyakini dalam damai.

Menurutnya, Selama ini Pemda DIY sudah punya kesepakatan dengan aparat keamanan untuk menjaga masjid, gereja, pura dan tempat ibadah lainnya. Penjagaan tidak hanya dilakukan saat perayaan hari besar keagamaan, tapi juga saat persembahyangan rutin.

“Saya minta maaf kepada korban walaupun sudah koordinasi dengan aparat keamanan ternyata tetap ada korban. Saya mohon lebih hati-hati. Masyarakat perlu hati-hati dan waspada. Semoga masyarakat punya kesadaran lebih. Pemerintah tidak perlu takut dan menjamin perlindungan bagi umat yang ingin beribadah sesuai keyakinan,” imbuh Sri Sultan HB X.

Ia mengaku sudah melakukan koordinasi dengan Forkominda agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Organisasi masyarakat dan forum keberagaman antar umat beragama juga dilibatkan untuk mencegah kekerasan dan tindakan intoleran terjadi lagi. Semua sudah sepakat perbedaan agama harus dihargai.

Sri Sultan HB X juga mengimbau semua pihak agar tidak mudah terprovokasi. “pemerintah daerah sampai lurah dan jajarannya, dan babinsa serta jagawarga agar waspada dan jangan sampai mudah diprovokasi.”

Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko mengatakan peristiwa penyerangan, apapun motivasinya, sangat melukai hati orang beriman. Kejadian ini perlu ditanggapi dengan tenang, meskipun harus tetap diusut secara profesional sehingga hal yang sama tidak terjadi kembali. Sehingga bisa terwujud kehidupan yang aman dan tentram.

Dirinya mengaku prihatin dengan berbagai tindakan intoleran. Menurutnya, akhir-akhir ini keberagaman tidak diperhitungkan oleh beberapa orang. Padahal Indonesia dibangun oleh kebersamaan dan kemajemukan.

Peristiwa ini dianggap telah mencederai Pancasila. Jika ingin bangsa ini tetap bertahan dan maju, menurutnya, usaha untuk terus membangun toleransi perlu terus digalakkan. “Toleransi dan Pancasila harus ditegakkan bersama agar NKRI tetap bertahan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya