SOLOPOS.COM - Master Teh Sragen Heru Purwanto (kanan) bersama menunjukkan jenis pohon teh kepada Bupati Yuni Sukowati dalam acara SCF #7 di kompleks Pemda Sragen, Jumat (13/5/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Seorang warga Srimulyo, Kecamatan Gondang, Sragen, Heru Purwanto, disebut-sebut sebagai master teh. Ia bisa meracik teh yang harganya bisa bikin kantong jebol, yakni Rp250 juta/kg.

Racikan teh itu ia hasilkan dari penelitian 20 tahun di laboratorium pribadinya. Dari laborarotium itu pula ia menghasilkan cha chui teh.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Cha chui itu warisan. Pemegang cha chui itu sejak zaman Belanda sampai sekarang tidak dibuka untuk umum. Saya sendiri memiliki 118 jenis cha chuiPadahal total cha chui di seluruh dunia itu ada 365 jenis,” ujar Heru yang juga menjadi Pembina Komunitas Pecinta Teh Sragen, Jumat (13/5/2022).

Tak semua racikan tehnya berharga ratusan juta rupiah per kilogramnya. Ada juga yang Rp40.000/kg. Dari 118 jenis cacui yang dimiliki, baru 18 jenis cha chui yang Heru keluarkan untuk dipatenkan dan sekitar 10 jenis lainnya yang diproduksi massal. Sisanya, ia jual ke perusahaan-perusahaan.

“Teh itu adanya di kampung bukan di kota. Di laboratorium pribadi saya di Srimulyo itu, Anda bisa menikmati teh senilai Rp40.000 sampai Rp250 juta untuk ukuran 1 kg,“ jelas Heru di sela-sela pembukaan Sragen Createa Festival (SCF) #7 di kompleks Pemda Sragen.

Baca Juga: Sragen Createa Festival 2022 Dibuka dengan Penampilan 10 Anak SLB  

Pemilik Wisma Tekad Sarana Sejahtera itu menerangkan kunci teh yang membuat beda rasa dan beda warna itu terletak pada kalibrasi. Dalam ilmu kalibrasi teh itu, sebut dia, ada yang harus dipisahkan antara peko, jikeng, dan kempring dengan persentase yang berbeda. Dia menyebut hasil kalibrasi teh tersebut menghasilkan bahan yang namanya cha chui

“Jadi teh boleh sama, tetapi rasanya berbeda karena cha chuinya berbeda. Teh dalam kemasan itu warnanya sama tetapi kalau diminum antara teh A dan B berbeda rasa, karena cha chuinya berbeda,“ katanya.

Heru membuat cha chui itu cukup singkat tidak sampai sehari. Di Indonesia, menurut dia, ada tujuh jenis pohon teh, yakni klon rusia, kambodia, TRI 24, TRI 25, kasamika, gambung (sari 1-14), teh China asli, dan teh lokal pasir sarongge.

“Pohon teh yang ada di Kemuning [Karanganyar] itu merupakan teh TRI 24-25 atau yang biasa dikenal dengan teh Srilangka. Kemudian di Kebun Candiloka Jamus itu teh China,“ katanya.

Baca Juga: Kenapa Racikan Teh Solo Begitu Terkenal dan Melegenda?

Heru memiliki industri peracikan dan pengemasan teh di Srimulyo, Gondang, Sragen. Heru juga melayani pengolahan teh lanjut di Kebun Kemuning, Kebun Candiloka Jamus, dan kebun-kebun lain yang ditunjuk pemerintah. Ia memiliki keahlian untuk menentukan petikan teh itu diolah menjadi apa dan seperti apa.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat ditemui wartawan mengaku sudah mencoba beberapa teh dalam SCF #7. Tetapi belum menemukan teh yang sesuai seleranya. Yuni, sapaannya, mengaku pernah merasakan teh yang paling enak itu di Warung Soto Gading, Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya