SOLOPOS.COM - Lokasi tawuran di Babarsari, Kota Jogja, Senin (4/7/2022). (Twitter/@merapi_undercover)

Solopos.com, JOGJA — Pakar sosiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, Arie Sujito, menilai tawuran atau konflik yang terjadi di Babarsari, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), beberapa waktu lalu bukan merupakan pertikaian antaretnis. Meskipun, tawuran itu melibatkan sejumlah kelompok massa dari daerah tertentu yang berdomisili di Yogyakarta.

Pertikaian atau tawuran itu, lajut Arie, lebih disebabkan adanya ketimpangan akses dan pertarungan kekuasaan antarkelompok, di mana kelompok yang satu tidak mendapatkan akses yang sama dalam penguasaan di pusat perekonomian di wilayah tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Tentunya penanganan jangka pendek harus lewat penegakan hukum yang adil. Pelaku harus ditindak dan bertanggung jawab agar prosesnya tidak diskriminatif,” kata Arie dalam talkshow bertajuk ‘Jogja Milik Bersama, Mari Kita Jaga; Kasus Babarsari Jangan Terulang ‘ yang digelar Harianjogja.com, Jumat (8/7/2022).

Dia berpendapat bahwa, akar penyelesaian konflik harus memadukan antara kebijakan hukum, dialog dan penyatuan warga pendatang dengan warga lokal. Pemerintah harus berperan dalam menciptakan suasana yang kondusif dan pengawasan persaingan usaha yang sehat di pusat-pusat ekonomi perkotaan.

“Tidak cukup kebijakan hukum saja, itu harus ditindaklanjuti kabupaten/kota dan provinsi dengan pendekaan dialog dan hukum antara tokoh masyarakat dan jangan gampang diseret pada isu pertarungan etnis berdasarkan identitas semata,” ungkapnya.

Baca juga: 1 Pelaku Kerusuhan Babarsari Menyerahkan Diri, 1 Pelaku Lain Diburu

Di sisi lain, pemerintah bersama asosiasi usaha hiburan malam dan lainnya juga harus membuat skema pengaturan dan tata kelola yang jelas, baik mengenai waktu, aturan dalam pelaporan, dan tanggung jawab pengelola. Semua pihak harus bekerja sama untuk bisa meredam konflik agar tidak meluas.

Kepala Badan Kesbangpol DIY, Dewo Isnu Broto menyebut, pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten Sleman mestinya tidak hanya memberikan izin terhadap pusat hiburan dan tempat usaha lainnya. Harus ada mekanisme pengawasan yang optimal agar konflik tidak terulang.

“Ini tentu jadi perhatian kita semua dan di Babarsari ini perlu perhatian khusus agar tidak terjadi kembali,” ucapnya.

Baca juga: Apa Itu Gotham City, yang Identik dengan Babarsari Yogyakarta?

Konflik atau tawuran di Babarsari dipicu pertikaian antarpemuda dari etnis tertentu di sebuah tempat hiburan malam, yakni tempat karaoke MG, pada pekan lalu. Polisi sudah menetapkan lima tersangka dalam kasus pertikaian itu di mana empat orang di antaranya telah ditangkap, sedangkan satu orang lainnya masih dalam pencarian atau masuk daftar pencarian orang (DPO).

Artikel ini sudah tayang di Harianjogja.com dengan judul Konflik Babarsari Bukan Pertikaian Etnis 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya