SOLOPOS.COM - Pembeli BBM mengantre di salah satu SPBU di Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (12/4/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Seorang sopir truk, Takim, 30, mengaku pusing akhir-akhir ini karena pembelian solar bersubsidi di pom bensin dibatasi. Padahal solar merupakan bahan penting untuknya dalam melakukan pekerjaan mencari nafkah.

Pria asal Sragen itu pun berusaha memutar otak agar tetap dapat mendapatkan solar yang dibutuhkannya. “Mumet [pusing] ini, semua dibatasi. Sekarang pilih beli solar dari 4 SPBU masing-masing Rp100.000 nanti tinggal disedot masukkan jeriken,” jelas saat berbincang dengan Solopos.com di jalur persawahan Jalan Gatak-Gawok, Sukoharjo, Selasa (12/4/2022).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Takim mengatakan hal itu dilakukannya lantaran solar sendiri merupakan bahan pokok penting baginya. Saat kehabisan stok solar, lanjutnya, dirinya tidak akan mungkin bisa bekerja seperti biasanya.

Baca juga: Solar Subsidi Langka, Ini Penyebabnya

Ekspedisi Mudik 2024

Dia mengatakan stok solar di beberapa SPBU yang disinggahinya terkadang habis. Saat pembelian, ungkap dia, juga tidak diperbolehkan membawa jeriken atau memenuhi tangki truknya. Dia juga mengatakan merasa terganggu dengan adanya pembatasan tersebut. “Kalau mengganggu jelas ini mengganggu, apalagi solar jadi bahan pokok untuk kami. Cotho [repot] kalau kaya gini,”  jelasnya.

Secara terpisah, mandor di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kartasura, Sukoharjo, yang tak mau disebutkan namanya membeberkan permasalahan bahan bakar di sejumlah daerah yang dikabarkan langka,

Surat Rekomendasi

Dia mengatakan pembatasan stok seperti solar tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014 yang menyebut pengguna yang berhak atas solar subsidi untuk sektor transportasi adalah kendaraan bermotor pelat hitam untuk pengangkut orang atau barang, kendaraan bermotor pelat kuning kecuali mobil pengangkut hasil tambang dan perkebunan dengan roda lebih dari enam.

Baca juga: Berbeda dengan Warna Merah & Biru, SPBU Hijau Tak Jual Premium Solar

“Harus ada surat rekomedasi dari dinas terkait, bukan pemerintah desa atau kelurahan, namun Dinas Pertanian atau Dinas Perdagangan, biasanya kalau petani juga membawa kartu tani,” jelasnya saat ditemui di kawasan SPBU setempat, Selasa.

Dia mengatakan terkait stok BBM yang tersedia atau tidak, hal itu tergantung masing-masing pemilik SPBU. Pasalnya seluruh SPBU telah diberikan jatah dalam jumlah tertentu selama satu tahun. Tak menutup kemungkinan beberapa SPBU memilih mengosongkan stok dalam waktu tertentu untuk menjaga ketersediaan stok.

Lebih lanjut dia menerangkan kenaikan harga pertamax yang hampir dua pekan juga membuat penjualan menurun hingga separuhnya. “Dari selisih harga pertamax dan pertalite hampir mencapai Rp5.000/liter. Biasanya satu hari bisa 4.000-5.000 liter [pertamax] paling sekarang hanya 2.000-3.000 liter itu aja peng-pengan [berusaha keras],” jelasnya. Dia mengatakan beberapa pengendara motor dan mobil justru beralih ke pertalite.

Baca juga: Antrean Panjang Kendaraan Isi Solar di SPBU Tol Sidoarjo Jatim

Dia juga menjelaskan saat ini sudah tidak diperbolehkan menjual pertalite dalam wadah khusus atau jeriken kepada pengecer BBM. Menurutnya, pertalite menjadi BBM bersubsidi mulai 1 Januari 2022 berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) No. 37.K/HK.02/MEM.M/2022 tentang Jenis BBM Khusus Penugasan.

“Kalau yang masih ada di pinggir jalan [pengecer BBM] kemungkinan besar itu pertamax. Kalau pertamax monggo [silakan] mau dibeli dalam jeriken, tapi harganya ya segitu, soalnya kan tanpa subsidi,” jelasnya.

Merosot Tajam

Pada bagian lain, bagian Administrasi SPBU 44.575.20 Purbayan, Ninin Setyowati, mengatakan saat ini stok BBM di SPBUnya masih aman, lantaran tidak menyediakan BBM bersubsidi.

Baca juga: Polisi Buru Truk yang Terabas Portal Underpass Makamhaji Sukoharjo

“Kalau di sini hanya tersedia yang bukan subsidi, hanya ada pertamina dex dan dexlite. Kalau pertalite subsidi tapi dikhususkan untuk pembeli langsung,” jelasnya saat berbincang dengan Solopos.com di Purbayan, Baki, Sukoharjo, Selasa.

Dia juga menambahkan saat ini tidak menjual BBM kepada pengecer, tetapi hanya kepada mereka yang memiliki surat rekomendasi. Tak hanya itu, mereka yang memiliki surat rekomendasi pun juga dibatasi pembelian maksimal Rp150.000 per hari untuk para petani.

Menurut Ninin, kenaikan harga pertamax membuat penjualan merosot tajam. Biasanya dalam waktu satu hari mampu menjual 5 ton, saat ini pihaknya hanya bisa menjual 2 ton pertamax per hari. Beberapa pengendara juga memilih beralih membeli pertalite, dia mengatakan hal tersebut wajar terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya