SOLOPOS.COM - Ilustrasi gempa bumi. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada 2020 lalu mengatakan wilayah Soloraya berpotensi ikut merasakan dampak gempa megathrust jika terjadi di wilayah selatan Jawa. Hal tersebut disampaikan Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhie, sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (7/6/2021).

Meskipun lokasinya cukup jauh dari selatan Jawa, Soloraya berpotensi terdampak gempa megathrust tersebut. Dampak tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor, di antaranya lokasi gempa dan magnitudonya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca juga: Paranggupito, Pesisir Selatan Wonogiri yang Berhadapan dengan Samudra Hindia

Wonogiri

Berdasarkan analisis yang dilakukan, kemungkinan wilayah Soloraya yang lebih merasakan dampak bencana tersebut adalah daerah Wonogiri. Mengingat bencana alam adalah peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadi, BMKG telah memasang alat early warning system di 16 titik di Jawa Tengah. Alat tersebut berfungsi memberikan informasi secara real time agar pemerintah dapat menyikapi informasi kegempaan tersebut.

Sementara itu belum lama ini BMKG kembali menyampaikan peringatan tentang potensi gempa dan tsunami di selatan Jawa Timur. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan informasi tersebut merupakan potensi berdasarkan hitungan matematis, bukan prediksi yang pasti. Dia menegaskan pihaknya sudah memperingatkan masyarakat tentang potensi bencana tersebut sejak akhir 2020.

“Kami sudah memperingatkan sejak akhir tahun lalu, kami datang langsung ke masyarakat di lokasi. Bahwa apa yang kami sampaikan ini potensi bukan prediksi. Artinya belum ada kepastian. Karena ilmunya belum sampai ke kepastian,” jelasnya pada wawancara dengan stasiun televisi, Minggu (6/6/2021), seperti dilansir Bisnis.com.

Baca juga: BMKG: Potensi Tsunami Jatim – Wonogiri Bukan Prediksi, Jangan Panik!

Kajian Gempa

Dwikorita menjelaskan berdasarkan hasil kajian para pakar gempa bumi yang tergabung dalam Pusat Studi Gempa Nasional 2017, dan diperdalam oleh tim dari ITB dan BMKG pada 2020 serta sudah dipublikasi dalam jurnal internasional, kajian terkait potensi bencana sudah terstandar.

“Kami BMKG sebagai lembaga operasional yang punya tanggung jawab melindungi masyarakat dari bahaya gempa dan tsunami. Kami gunakan hasil kajian untuk mitigasi bukan memastikan akan terjadi, untuk berjaga-jaga dari skenario terburuk gampa 8,7 magnitudo dan kami modelkan, hitung secara matematis, gempa sebesar itu membangkitkan tsunami sebesar apa dan seberapa cepat datangnya,” jelasnya.

Hasil pemodelan ini kemudian disosialisasikan kepada masyarakat untuk berjaga-jaga, memitigasi kemungkinan bencana.

“Jadi belum tentu besok terjadi, tidak ada yang tahu kapan terjadi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya