SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Rabu (9/2/2022).

Solopos.com, SOLO — Pengamat transportasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Syafii, mengingatkan pentingnya simulasi pengalihan arus lalu lintas sebelum Underpass Makamhaji ditutup untuk perbaikan.

Harian Solopos edisi Rabu (9/2/2022) mengusung headline terkait rencana penutupan Underpass Makamhaji selama perbaikan berlangsung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Simulasi Dulu Sebelum Underpass Ditutup

SUKOHARJO-Underpass Makamhaji ditutup untuk perbaikan pada 21 Februari hingga 7 Maret. Dinas Perhubungan (Dishub) Sukoharjo perlu melakukan simulasi rekayasa lalu lintas sebelum penutupan.

Pengamat transportasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Syafii, mengatakan rekayasa lalu lintas saat dilaksanakan proyek perbaikan jalan merupakan hal lumrah. Namun, dia menegaskan sebelum diterapkannya manajemen rekayasa lalu lintas, Dishub Sukoharjo harus melakukan simulasi untuk melihat beban terbanyak arus lalu lintas saat dialihkannya rute. Nantinya risiko terjadinya kemacetan dan beban jalan bisa diminimalkan.

“Adanya proyek perbaikan pastinya akan berdampak dan memberikan beban pada rute lain yang menjadi jalur rekayasa lalu lintas. Salah satunya kemacetan. Dishub harus membuat simulasi dulu terkait itu. Contohnya pastinya akan ada pengalihan ke Kleco, itu harus ada hitungannya berapa jumlah kendaraan yang akan memilih melintasi jalur tersebut dan apa yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan rekayasa lalu hintas,” jelas dia ketika dihubungi Espos, Selasa (8/2/2022).

Baca Juga: Underpass Makamhaji akan Diperbaiki, Ini Saran Pengamat Transportasi

Selain simulasi, Syafii menyebut ada dua aspek yang harus diperhatikan saat melaksanakan rekayasa lalu lintas yaitu pemilihan rute dan manajemen traffic light. Alasannya, jalur yang paling banyak dilalui saat rekayasa lalu lintas juga harus diimbangi dengan penyesuaian pengaturan waktu traffic light untuk menekan risiko kemacetan. Berita selengkapnya bisa dibaca di Harian Solopos edisi Rabu (9/2/2022).

Di halaman Soloraya, Harian Solopos mengusung headline terkait masih adanya warga Solo yang tidak memiliki jamban.

22,68% Warga Solo Tak Punya Jamban

SOLO-Sebanyak 43.585 keluarga di Kota Bengawan tak memiliki jamban sendiri. Mereka mengakses jamban komunil/komunal, menggunakan jamban milik orang lain, atau lebih dari satu keluarga menggunakan satu jamban bersama-sama.

Ada pula bahkan yang tak bisa mengakses jamban sehingga memilih buang air besar sembarangan (BABS). Jumlah tersebut adalah 22,68% dari 192.174 rumah tangga (RT) yang terdata berdasarkan hasil survei publikasi Statistik Kesejahteraan Rakyat 2021 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS), belum lama ini.

Baca Juga: Walah, 40 Ribuan Keluarga di Solo Tak Punya Jamban Sendiri

Kepala BPS Solo, Totok Tavirijanto, mengatakan berdasarkan hasil survei tersebut, diketahui pula bahwa mayoritas penduduk menggunakan sumur pompa sebagai sumber air utama untuk mencuci dan mandi. Jumlahnya tercatat sebanyak 65,860.

Sedangkan mereka yang menggunakan aliran air PDAM hanya 26,754 dan sisanya menggunakan sumber mata air lain. “Semakin kemampuan ekonominya rendah, maka semakin tinggi tingkat pemakaian airnya menggunakan air sumur,” kata dia ketika diwawancara Espos, Selasa (8/2/2022). Berita selengkapnya bisa dibaca di Harian Solopos edisi Rabu (9/2/2022).

Masih di halaman Soloraya, Harian Solopos menyajikan berita terkait polemik penolakan relokasi pedagang Pasar Mebel Gilingan.

Pedagang Minta Dialog

SOLO—Satpol PP mencopot beberapa spanduk yang berisi protes dari pedagang Pasar Mebel, Selasa (8/2/2022) pagi.

Namun, spanduk protes dan sindiran terhadap rencana pembangunan sentra industri kecil menengah (UKM) itu masih ada di beberapa lokasi. Pedagang mengungkapkan kritikan mereka melalui tulisan kertas maupun lukisan kolaborasi yang didukung para pemuda seniman Solo.

Lukisan tersebut merupakan sindiran yang ditujukan kepada Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Ada pula lukisan dengan objek beberapa tangan di bagian bawah sebagai simbol rakyat. Serta pria bertopi dengan mata ditutup sebagai simbol penguasa.

Lukisan dengan dominasi warna kuning tersebut ditambahi timbangan yang berat sebelah. Disusul tulisan “people need a justice”. Lukisan tersebut dibuat para seniman muda Solo yang sebelumnya menggelar pentas solidantas IKM Pasar Mebel.

Baca Juga: Sentra IKM Digarap April, Pedagang Pasar Mebel Solo Ingin Temui Gibran

Salah satu pembuat karya kritikan tersebut adalah Boby Sutanto. Boby yang juga keluarga pedagang di Pasar Mebel ini mengatakan tulisan maupun lukisan merupakan bentuk kekecewaan kepada pemerintah kota yang dianggap menyakiti hati pedagang.

Latar belakang menulis coretan dengan cat semprot tersebut terinspirasi dari vandalisme di Solo. “Coretan tangan saya baru tiga jam dipasang langsung diturunkan dinas sendiri. Belum sempat up di medsos,” kata dia.

Tulisan “Tangan Besi Perakyat”, menurut Boby, merupakan sindiran seolah olah warga Pasar Mebel hanya sebagai objek dan kepentingan politik pemerintahan. Tanpa mempertimbangkan aspek sosial ekonomi di dalamnya. Berita selengkapnya bisa dibaca di Harian Solopos edisi Rabu (9/2/2022).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya