SOLOPOS.COM - Koran Solopos edisi Senin (19/10/2020) mengulas debat Pilkada Sukoharjo yang rasa petahana-penantang.

Solopos.com, SOLO--Koran Solopos hari ini edisi Senin (19/10/2020) mengulas tentang debat Pilkada Sukoharjo rasa petahana-penantang.  Aksi saling sanggah mewarnai debat publik putaran pertama Pilkada Sukoharjo di Hotel Tosan, Solo Baru, Sabtu (17/10/2020) itu.

Dua pasang calon bupati-wakil bupati (cabup-cawabup) yakni Etik Suryani-Agus Santosa atau EA dan Joko “Paloma” Santosa dan Wiwaha Aji Santosa atau Joswi
beradu program unggulan saat debat publik putaran pertama itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kedua pasangan calon saling kritik dan sanggah kualitas program yang ditawarkan kepada masyarakat selama empat tahun mendatang.

Dana Dialihkan Ke Penanganan Covid-19, Pengadaan Lift Pengunjung Mal Pelayanan Publik Kota Solo Batal

Acara debat publik putaran pertama digelar dengan melaksanakan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat. Masing-masing pasangan calon hanya diperbolehkan didampingi empat anggota tim kampanye di lokasi debat publik. Acara debat publik dibuka dengan sambutan Ketua Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Sukoharjo, Nuril Huda.

Debat publik putaran pertama mengangkat tema Kesetiakawanan Sosial dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Debat publik
digelar agar masyarakat dapat mecermati visi dan misi serta beragam program kerja masing-masing pasangan calon.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Mawas Diri Setelah Pulih dari Covid-19

Sariman, 60, kian mawas diri. Masker tak pernah lepas menutup hidung hingga dagunya ketika dia berada di luar rumah. Ketika berbincang dengan orang lain,
bapak satu anak dan dua cucu itu tetap mengatur jarak. Hal itu dia lakukan dimanapun tempat tak terkecuali selama menjalankan tugas sehari-harinya
sebagai Kaur Umum Desa Duwet, Kecamatan Wonosari, Klaten.

Kebiasaan melakukan protokol kesehatan itu memang sudah dilakukan Sariman sejak ada pandemi Covid-19. Apalagi, statusnya sebagai salah satu tokoh
masyarakat di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo itu.

Cegah Penyakit, Ayo Cuci Tangan Pakai Sabun!

Namun, kebiasaan melakukan protokol kesehatan itu kian dia ditingkatkan setelah dinyatakan sembuh dari terpapar virus corona pada 9 September lalu.
Hal itu pula dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya. “Harus tetap mawas diri. Harus mengetahui kondisi siapa yang diajak jagongan,” kata Saiman saat
ditemui Espos di Desa Duwet, Minggu (18/10/2020).

Sariman juga tak lupa menjaga kebugaran tubuhnya. Saban akhir pekan tiba dan istrinya tak menerima pesanan katering, Sariman mengisi waktunya dengan
berolahraga. “Sekarang juga rutin ke sawah. Di sawah itu bisa menjadi sarana olahraga juga karena menggerakkan seluruh anggota tubuh,” kata dia.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Pelanggan Warung Soto Enggan Melapor

Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Solo mengaku kesulitan melacak pelanggan yang singgah di warung di Kepatihan Kulon pada 1-8 Oktober lalu. Hingga akhir pekan ini, belum ada pelanggan yang melapor pernah singgah. Padahal, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo harus melacak siapa saja yang sempat berkontak dengan pemilik warung yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih, mengaku kesulitan melanjutkan tracing mengingat tak ada laporan yang masuk. “Hingga akhir pekan ini, belum ada yang melapor. Jadi dari klaster ini belum ada penambahan. Baik, kasus positif atau uji swab. Kami masih kesulitan melakukan penelusuran. Padahal klaster tersebut berpotensi untuk menularkan ke lebih banyak orang,” kata dia, dihubungi Minggu (18/10/2020).

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Pindah Langsung Berjualan, Sinyal Sulit di Gedung Baru

Sejumlah pedagang Pasar Klewer Timur langsung berjualan pasca pindah ke gedung baru. Mereka diberi waktu boyongan dari pasar darurat Alun-alun Utara (Alut) pada Jumat-Minggu (16-18/10/2020). Salah seorang pedagang, Doraton, mengaku langsung berjualan begitu barang dagangannya diboyong ke gedung baru. Kendati begitu, ia menyebut adanya kendala yakni sulit mendapatkan sinyal ponsel maupun internet di gedung berkonsep semi-rubanah itu.

Disebut Mirip Dengan Sungai Amazon, Seperti Inilah Potret Sungai Maron Di Pacitan

Padahal, ia harus berkomunikasi dengan calon pembeli melalui ponsel maupun aplikasi perpesanan dan media sosial. “Sejak Sabtu (17/10/2020), saya sudah menerima pembeli. Walaupun ada sebagian yang belum tahu lokasi baru. Garapannya (bangunan) juga bagus, kalau dibandingkan pasar yang kulon (barat) bagus yang sini. Hanya kendalanya susah sinyal, kalau yang lainnya, ya, sambil jalan lah,” kata dia, saat dihubungi Espos, Minggu sore.

Doraton mengaku sudah melaporkan kendala tersebut kepada Dinas Perdagangan (Disdag). Dia meminta Disdag memasang alat penguat sinyal guna mendukung aktivitas jual beli di pasar tekstil terbesar di Indonesia itu. Pedagang lain, Abdul Alim, mengaku baru berjualan dua hari lagi, mengingat penataan dagangan belum selesai. Dia sudah memindah sementara seluruh dagangan dari pasar darurat ke rumahnya.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya