SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO -- Harian Umum Solopos edisi Senin (10/8/2020) memuat berita utama tentang kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim terkait pembelajaran jarak jauh.

Sebagian orang tua berat melepas ke sekolah di masa pandemi meski pembelajaran jarak jauh (PJJ) sulit. Pengamat pendidikan pun mendesak pemerintah menerbitkan juknis PJJ.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Agustin, 45, menghadapi tantangan selama berbagi tugas dengan sang suami untuk memberikan pendampingan kepada kedua anaknya selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jessie, si anak pertama, menginjak kelas X, dan Grace, anak kedua, duduk di kelas V.

Suami Agustin yang merupakan seorang wirausahawan mengambil peran lebih banyak selama mendampingi anak-anak untuk PJJ. Tantangan terbesar mereka adalah akses internet selama proses PJJ.

“Punya dua HP [handphone]tapi satunya jadul [jaman dahulu/barang lama]. Jadi harus gantian untuk belajar. Kuota internet juga boros. Tugas yang banyak hingga sore juga menjadi keluhan. Kami para orang tua sudah mengeluhkan kepada sekolah,” katanya saat ditemui Espos di rumahnya, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, Minggu (9/8).

Namun, dia lebih memilih berkompromi dengan kendala selama PJJ. Daripada melepas anak-anak mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah saat pandemi Covid-19. Ia mengaku was-was jika kedua buah hatinya mengikuti sekolah tatap muka karena berisiko terpapar Covid-19.

“Mengawasi anak awal-awal masih bisa oke. Kalau tatap muka terus-menerus, namanya anak bermain pasti berkerumun. Lebih baik cari jalan tengah meringankan dan mempermudah PJJ,” kata dia.

Pengunjung Grojogan Sewu Karanganyar Menurun, Kenapa?

Ayu, 39, juga menghadapi tantangan selama mendampingi anaknya dalam PJJ. Dua anaknya, yaitu Angel dan Yoshua, masing-masing duduk di kelas V dan kelas VIII.

“Kalau kebijakan pemerintah masuk sekolah saat pandemi rasanya berat hati melepas mereka untuk berjumpa dengan banyak teman-temannya. Tapi kalau masuk harus ada pembatasan. Misalkan satu kelas 30 siswa bisa dibatasi 10 saja,” kata Ayu

Berita selengkapnya baca di Epaper Solopos.

PDIP Wonogiri Minta Ganti Cawabup

WONOGIRI—Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Wonogiri mengusulkan reposisi calon wakil bupati (cawabup) kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

Calon wakil bupati atau cawabup yang direkomendasikan DPP, yakni Sriyono, diusulkan diganti Setyo Sukarno. Sriyono yang merupakan Bendahara DPC PDIP Wonogiri dan anggota DPRD Wonogiri menyatakansetuju.

Sebagai informasi, Setyo Sukarno adalah Sekretaris DPC PDIP Wonogiri dan Ketua DPRD Wonogiri. Informasi adanya pengusulan reposisi cawabup itu disampaikan Setyo pada Minggu (9/8).

Saat itu dia dimintai tanggapan ihwal isu yang menyebutkan pasangan calon atau paslon dari PDIP bakal berubah. Sebelumnya, sumber Espos mengatakan yang akan berubah adalah posisi cawabup. Sementara itu posisi calon bupati (cabup) diyakini tetap diisi petahana, Joko Sutopo, yang merupakan Ketua DPC Wonogiri.

Vaksin Covid-19 Disuntikkan Sekali Seumur Hidup

Berita selengkapnya baca di Epaper Solopos.

Semester II, Bisnis Toserba Berpeluang Tumbuh

Penjualan sektor ritel modern di segmen toserba pada semester II/2020 berpeluang kembali menggeliat. Dengan catatan tidak adanya gelombang kedua Covid-19.

Kian longgarnya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penyaluran stimulus yang makin efektif. Serta meningkatnya optimisme akan diproduksinya vaksin Covid-19 merupakan sejumlah faktor yang menentukan.

Mengacu kepada faktor-faktor tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey berharap pertumbuhan penjualan ritel di segmen toserba. Setidaknya dapat bertumbuh di kisaran 1,5%-2% pada semester II/2020.

Pada semester sebelumnya, kata Roy, total penjualan ritel di segmen toserba turun drastis. Mengikuti anjloknya penjualan di segmen ritel modern secara keseluruhan, yang ditaksir turun 80%-90% dari periode normal.

Berita selengkapnya baca di Epaper Solopos.

Sementara di halaman Soloraya ada sejumlah berita menarik yang tidak boleh dilewatkan. Seperti sekolah belum boleh buka di Kota Solo, Kampung Mertodranan Dijaga 1 Pleton Brimob, dan soal kekeringan di Sukoharjo.



Seniman di Grobogan Ngebet Pentas, Sabar Tunggu Perbup

Sekolah Belum Boleh Buka

SOLO—Pemerintah Kota Solo memastikan tak akan membuka sekolah. Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperbolehkan sekolah melakukan kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka.

Kendati begitu, aturan tersebut berlaku untuk daerah zona kuning, atau risiko rendah virus corona. Di samping itu, pelaksanaannya dilakukan bertahap.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mengatakan wilayahnya termasuk zona oranyedan sempat naik tingkat jadi zona merah pada pekan lalu. Lonjakan kasus selama dua pekan terakhir pada 12-26 Juli membuat Solo bergelar zona merah atau risiko tinggi. Kemudian, penurunan kasus pada medio 19 Juli-2 Agustus membuat status risiko turun lagi ke zona oranye atau sedang.

Rudy, sapaan akrabnya, menyebut pembelajaran tatap muka berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri. Tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran baru di masa pandemi. Masih mempertimbangkan masukan wali murid atau orang tua siswa dan kepala daerah. Sehingga, sah-sah saja apabila kepala daerah menunda pembelajaran tatap muka.

Berita selengkapnya baca di Epaper Solopos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya