SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Senin (9/1/2023).

Solopos.com, SOLO — Panggung Songgobuwono menjadi bangunan cagar budaya yang paling mendesak direvitalisasi. Sementara proyek revitalisasi bangunan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mash menunggu pembentukan tim kecil guna mematangkan master plan.

Kondisi konstruksi bangunan berusia ratusan tahun itu cukup memprihatinkan. Selain keretakan bangunan, tak sedikit struktur bangunan yang rusak akibat di-makan alam. Cat bangunan mengelupas se-hingga terkesan tak terawat. Tumbuhan liar juga terlihat di sejumlah bagian dinding.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejauh ini perbaikan yang bisa dilakukan adalah pengecatan sejumlah bangunan mulai dari Kori Kamandungan hingga Panggung Songgobuwono. Adik Paku Buwono (PB) XIII, G.K.R. Wandansari atau yang akrab disapa Mbak Moeng mengatakan keluarga Keraton Solo pernah bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menyusun master plan revitalisasi Keraton Solo pada era 1980-an.

Banyak bangunan yang diusulkan untuk direvitalisasi, namun bangunan yang paling mendesak adalah Panggung Songgobuwono. “Panggung Songgobuwono yang paling mendesak. Enggak ada kerajaan di Asia Tenggara yang punya menara seperti itu. Jadi memang harus di revitalisasi dengan mengacu pada kajian teknis setelah pembentukan tim kecil,” kata dia saat diwawancarai Espos, Minggu (8/1/2023).

Panggung Songgobuwono terdiri atas lima lantai. Lantai paling atas digunakan oleh Raja Keraton Solo untuk bermeditasi karena paling sepi dan hening. “[Panggung Songgobuwono] Tidak hanya ikon Keraton Solo tapi juga kerajaan di Nusantara.

Zaman dahulu, fungsinya untuk memantau keadaan di sekitar kerajaan karena saking tingginya. Benteng Landa [Belanda] kan di utara [Benteng Vastenburg].” ujar dia. Lebih jauh, Mbak Moeng menyampaikan selalu berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah saat hendak merehab bagian dari bangunan di kompleks Keraton Solo.

Dia mencontohkan atap bangunan Museum Keraton Solo yang sudah diganti seng yang baru dan lebih kuat. “Atap bangunan di museum dan Sasono Wilopo itu kan sudah ditumpuki pada 2019. Kami selalu terlebih dahulu berkoordinasi dengan BPCB Jawa Tengah sebelum merehab bangunan agar tak menghilangkan esensi dan nilai sejarahnya.” Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Senin (9/1/2023).

Haji 2023 Tak Dibatasi Usia

JAKARTA — Indonesia mendapat kuota jumlah jemaah haji untuk musim haji 1444 H atau 2023 M sebanyak 221.000 orang. Penyelenggaraan haji untuk musim ini juga tidak lagi mem-berlakukan pembatasan usia jemaah.

Hal ini tercapai dalam kesepakatan penyelenggaraan ibadah haji 1444 H/2023 M yang ditandatangani pada Minggu (8/1/2023) oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bersama Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq F. Al Rabiah di Jeddah, Arab Saudi.

Penandatanganan kesepakatan itu juga disaksikan Ketua Komisi VIII DPR, Ashabul Kahfi; Dirjen Penyenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, serta Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah.

Dalam kesempatan itu, Menag juga menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo untuk Yang Mulia Raja Salman dan Pangeran Muhammad Bin Salman. Selama ini, Indonesia dan Arab Saudi menjalin hubungan yang sangat erat.

“Alhamdulillah misi haji 2023 dimulai. Saya hari ini menandatangani kesepakatan haji dengan Menteri Haji Saudi,” jelas Menag seperti dikutip dalam siaran pers Kementerian Agama yang diterima Espos, Minggu. “Kuota itu terdiri atas 203.320 jemaah haji reguler, dan 17.680 jemaah haji khusus. Untuk petugas, tahun ini kita mendapat kuota 4.200 orang,” sambungnya. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Senin (9/1/2023).

Bus BST Belum Ramah Difabel

SOLO — Sejumlah penumpang bus Batik Solo Trans (BST) menyayangkan kondisi bus yang belum ramah terhadap penumpang difabel, terutama mereka yang memakai kursi roda. Salah satunya disampaikan Yoga, 26, yang merupakan penyandang disabilitas.

Meski bukan pengguna kursi roda, Yoga menyayangkan bus BST yang tidak didesain sesuai kebutuhan pengguna kursi roda. “Sebenarnya sudah bagus. Bagi saya yang tanpa kursi roda relatif tidak ada hambatan. Sayangnya yang memakai kursi roda belum bisa naik karena tidak ada fasilitas untuk itu,” katanya saat dihubungi Espos, Rabu (4/1/2023).

Pendapat senada disampaikan penumpang lain, Rahma. Dia mengatakan di dalam bus bisa saja ditempati pengguna kursi roda. Namun, mereka perlu bantuan untuk naik. “Kalau dalam busnya bisa ramah [kursi roda) ya karena tempat duduknya fleksibel, bisa ditekuk. Tapi, kalau dari halte ke dalam busnya menurutku agak kesulitan ya, apa lagi tidak semua halte ada jalur untuk kursi roda. Ada juga yang tangga saja,” kata dia.

Ketika bus BST berhenti, posisinya kurang berdempetan dengan halte. Kondisi ini membuat penumpang pengguna kursi roda semakin sulit naik. Sedangkan di dalam bus, menurutnya, juga masih kurang luas. “Sepertinya kurang luas sedikit karena kan kalau pakai kursi roda pasti butuh space lebih kan,” imbuh dia. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Senin (9/1/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya