SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Selasa (7/12/2021).

Solopos.com, SOLO – Pakar vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyudi menyebutkan penghitungan volume kubah lava Semeru memungkinkan prediksi jarak luncur awan panas pada Sabtu (4/12/2021) lalu.

Harian Solopos edisi Selasa (7/12/2021) menyajikan headline terkait tidak adanya prediksi erupsi Gunung Semeru pada Sabtu lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Guguran Kubah Lava Bisa Diprediksi

JAKARTA-Berbeda dari lontaran awan panas Gunung Merapi 2010 yang eksplosif, bencana awan panas guguran (APG) dalam jumlah sangat besar dari puncak Gunung Semeru berawal dari longsornya kubah lava. Hal itu semestinya bisa dimitigasi.

Para pakar kegunungapian mengungkapkan semestinya hal itu bisa diprediksi karena material vulkanis sudah cukup lama menumpuk di puncak gunung.

Pakar vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyudi menyebutkan penghitungan volume kubah lava Semeru memungkinkan prediksi jarak luncur awan panas pada Sabtu (4/12/2021) lalu.

Baca Juga: Foto-Foto Yang Tersisa Dibalik Dahsyatnya Awan Panas Gunung Semeru

“Seharusnya memang [kubah lava] bisa dihitung volumenya, apalagi sudah ada teknologi image sehingga bisa diperkirakan jarak luncurannya. Ini yang kita bertanya-tanya kenapa bisa miss prediction,” kata dia dalam jumpa pers di Auditonum Fakultas MIPA UGM, Senin (6/12/2021).

Selain data volume kubah lava, menurut dia, informasi mengenai jumlah material di puncak Gunung Semeru juga belum tersedia. Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementenan ESDM Andiani menyebut berdasarkan pengamatan visual dan seismometer, awan panas guguran pada Sabtu berjarak luncur mencapai 11 km dari puncak Semeru.

Sedangkan rekomendasi batas aman bagi masyarakat masih ditetapkan dalam status level II (waspada), yakni radius 1 kilometer dari kawah/puncak dan jarak 5 kilometer dari arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.

Baca Juga: SOLOPEDULI Terjunkan 10 Personel Bantu Korban Erupsi Semeru

Masih di halaman depan, Harian Solopos menyajikan berita terkait wacana menyulap kawasan Kestalan Solo untuk menghilangkan kesan negatif.

Mimpi Menyulap Hotel Lawas di Kestalan

Tidak jauh dari Stasiun Solo Balapan, yakni kawasan Jl. R.W. Monginsidi, berderet sejumlah hotel lama. Nama-namanya tak banyak dikenal orang, selain bagi para pemburu penginapan berbujet rendah.

Di jalan tersebut, ada Hotel Djajakarta dan Hotel Trihadhi. Sedikit masuk ke gang di jalan tersebut, ada lagi papan nama bertuliskan Hotel Arjuna, Hotel Kusuma Sari Indah, dan sebagainya. Ada pula Hotel Seribu yang berada di depan Kantor Radio Republik Indonesia (RRI), Jl. Abdul Rahman Saleh.

Baca Juga: Begini Cerita Munculnya Hotel-Hotel di Kawasan Kestalan Solo

Sejumlah bangunan dengan plakat hotel juga banyak dijumpai di sekitar Kantor RRI Solo tersebut. Meski tak banyak yang hapal nama-nama hotel itu satu per satu, banyak warga Solo yang paham kawasan itu adalah rumah bagi hotel-hotel kecil.

Keberadaan hotel-hotel tersebut konon tidak lepas dani keberadaan Stasiun Solo Balapan. Salah satu pengelola hotel di lokasi tersebut yang juga Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kestalan, B. Budi Susetyo, menuturkannya. Menurutnya, perkembangan hotel di wilayah Kestalan sangat berkaitan dengan perkembangan transportasi, terutama perkeretaapian di Solo.

“Transportasi saat itu masih jarang. Saat itu warga yang melakukan perjalan dari Jakarta atau Surabaya harus berhenti dulu di Solo. Kemudian banyak orang yang menyewakan tikar [untuk istirahat pelaku perjalanan]. Lalu orang mikir masak hanya tidur di tikar, sementara butuh mandi juga,” kata dia, Senin (6/12/2021).

Baca Juga: Ada MCK Kuno Era Mangkunagoro VII di Kestalan Solo, Begini Sejarahnya

Dari situ, banyak pelaku perjalanan yang mendatangi rumah warga sekitar, untuk menyewa kamar. Dengan begitu, selain bisa istirahat, mereka juga bisa menumpang mandi di tempat warga. Mengetahui adanya potensi itu, banyak warga Kestalan vang menyewakan kamar. Mereka juga mulai membangun semacam losmen.

“Akhirnya berkembang seperti situasi terakhir Tidak hanya tidur, mandi, pengunjung yang capai kemudian ingin pijat juga. Kemudian ada pula kebutuhan lain, semua berkembang seiring waktu,” kata dia.

Di Halaman Soloraya, Harian Solopos menyajikan headline terkait tanggapan pengelola hotel di Kestalan terkait wacana menjadikan hotel lawas sebagai destinasi wisata di Kota Solo.

Pengelola Hotel Menunggu Realisasi

SOLO-Pengelola hotel di Kestalan berharap wacana destinasi wisata hotel lawas segera terealisasi. Harapannya program tersebut dapat menggeliatkan lagi usaha perhotelan di wilayah tersebut serta bisa menghilangkan stigma negatif kawasan Kestalan.

Diberitakan sebelumnya, sejak beberapa bulan terakhir Pemerintah Kota Solo berupaya menghilangkan keberadaan pekerja seks komersial (PSK) di kawasan Kestalan. Dampaknya, hotel-hotel di wilayah tersebut kini menjadi sepi pengunjung. Kemungkinan para pengunjung takut memanfaatkan layanan perhotelan di lokasi tersebut karena kerap ada penertiban.

Sebagai solusi untuk mengangkat kembali potensi perhotelan dan wisata di lokasi itu, Pemerintah Kecamatan Banjarsari berencana menjadikan Kestalan sebagai kawasan wisata hotel lawas. Berdasarkan pantauan Espos, kawasan yang tidak jauh dan Gedung RRI Solo itu terdapat cukup banyak bangunan hotel.



Baca Juga: Wisata Heritage Diharapkan Bisa Hapus Stigma Negatif Kestalan Solo

Tidak seperti hotel-hotel berbintang yang juga banyak tersebar di Kota Solo, hotel di lokasi tersebut memiliki ukuran tidak besar. Salah satu pengelola hotel di wilayah Kestalan, B. Budi Susetyo, berharap wacana penataan kawasan perhotelan segera terealisasi. Dengan begitu, usaha perhotelan di kawasan tersebut bisa bergeliat lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya