SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Selasa (28/6/2022).

Solopos.com, JAKARTA — PT Pertamina Patra Niaga mulai melakukan uji coba penjualan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan solar melalui aplikasi MyPertamina mulai Jumat (1/7/2022) mendatang. Artinya, per tanggal tersebut pembelian Pertalite dan solar tak bisa lagi sembarangan.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution langkah itu diambil untuk menekan beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang ditanggung pemerintah. Beban subsidi kian besar di tengah reli kenaikan harga energi global yang masih berlanjut hingga pertengahan tahun ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saat ini masih terjadi di lapangan adanya konsumen yang tidak berhak mengonsumsi Pertalite dan solar dan jika tidak diatur, besar potensinya kuota yang telah ditetapkan selama satu tahun tidak akan mencukupi,” kata Alfian, melalui siaran pers, Senin (27/6/2022).

Dengan demikian, Alfian mengatakan Pertamina berinisiatif untuk menguji coba penyaluran BBM bersubsidi itu kepada pengguna yang berhak lewat sistem verifikasi di dalam aplikasi MyPertamina. Bagi masyarakat yang tidak memiliki aplikasi itu, Alfian menambahkan, dapat mengakses laman subsiditepat.mypertamina.id yang dibuka pada 1 Juli 2022 mendatang.

“Masyarakat yang merasa berhak menggunakan Pertalite dan solar dapat mendaftarkan datanya melalui website ini, untuk kemudian menunggu apakah kendaraan dan identitasnya terkonfirmasi sebagai pengguna yang terdaftar. Sistem MyPertamina ini akan membantu kami dalam mencocokkan data pengguna,” kata dia.

Baca juga: Bisa Beli Pertalite dan Solar, Begini Langkah Mendaftar di MyPertamina

Pengguna yang sudah melakukan pendaftaran kendaraan dan identitasnya kemudian akan mendapatkan notifikasi melalui email yang didaftarkan. Pengguna terdaftar akan mendapatkan quick response code (QR code) khusus yang menunjukan bahwa data mereka telah cocok dan dapat membeli Pertalite dan solar. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Selasa (28/6/2022).

Kampus Jangan Cuma Andalkan UKT

JAKARTA — Perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTNBH) didorong untuk meningkatkan pendanaan melalui dana abadi. Dengan dana abadi, PTNBH diharapkan tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah dan uang kuliah tunggal (UKT) dari mahasiswa.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan bahwa kerja sama semua pihak menjadi faktor pendukung utama dalam peningkatan pendanaan PT di Indonesia. Hal ini disampaikan Nadiem dalam agenda Peluncuran Merdeka Belajar episode 21 dengan tema Dana Abadi Perguruan Tinggi, Senin (27/6/2022).

Menurut Nadiem, tambahan dana yang signifikan dalam pendanaan untuk PT hanya dapat terlaksana jika terjadi kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta. Dalam hal ini, pihak swasta yang dimaksud adalah alumni masing-masing PT di Indonesia.

Baca juga: Dana Abadi Rp7 Triliun untuk Menjadikan Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

“Inilah poin dari program Merdeka Belajar episode 21 ini, bagaimana cara pemerintah bisa mendukung universitas untuk dapat menggalang dan dari pihak swasta atau alumni,” kata Nadiem. Menurut Nadiem, Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam hal pendanaan pendidikan tinggi.

Bahkan, rata-rata pengeluaran pendidikan tinggi per lulusan Indonesia pada 2020 masih di bawah India yang memiliki jumlah penduduk lebih besar dan kemiskinan yang kompleks.

Dengan adanya peluncuran program terbaru Merdeka Belajar, Nadiem mengajak seluruh rektor maupun dosen untuk mampu menghasilkan dana abadi mandiri di masing-masing perguruan tinggi. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Selasa (28/6/2022).

Literasi Finansial Milenial dan Generasi Z Rendah

SOLO — Kaum milenial dan generasi Z yang mendominasi penduduk Indonesia merupakan potensi besar untuk mendorong akselerasi perekonomian bangsa. Sayangnya, literasi finansial digital mereka dinilai masih sangat rendah dibandingkan dengan negara tetangga Singapura.

Pendapat itu disampaikan Taufiq Arifin dan UNS Fintech Center saat menjadi pembicara di event SoloKeren #2 dengan tema Milenial Melek Digital yang digelar di Gedung Edutorium Universitas Muhammadivah Surakarta (UMS), Minggu (26/6/2022) malam.

Baca juga: SoloKeren #2: Milenial Melek Digital, Tak Perlu Takut Nabung di Bank

Dia memerinci dari 270 juta penduduk Indonesia, 27%-nya merupakan generasi milenial dan 25% adalah generasi Z. Artinya lebih dari 50% penduduk Indonesia merupakan anak muda yang berada pada usia produktif yang menjadi tumpuan perekonomian. Kondisi tersebut menjadi bonus demografi yang dapat menguntungkan Indonesia.

“Teman-teman ini akses informasinya luar biasa, tidak hanya dari FB, Tiktok, bahkan menghasilkan uang dari sana. Banyak juga aplikasi lain yang bisa memberikan profit. Tapi, yang menyedihkan literasi kita skornya hanya 30%-37%. Setengah dari Singapura di 60%. Jadi kita secara digital cerdas, tapi secara finansial masih jauh dan ideal,” ujar dia.

Taufiq mencontohkan masih rendahnya kaum milenial dan generasi Z yang sudah mempunyai uang cadangan untuk kondisi darurat. Adanya uang, cadangan itu menjadi bukti atau parameter kesadaran seseorang untuk mengantisipasi situasi darurat. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Selasa (28/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya